Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berwisata ke Pulau Peucang yang Eksotis

14 Juli 2020   10:46 Diperbarui: 14 Juli 2020   11:16 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Depan Tugu Pulau Peucang Sumber: Dokumentasi Pribadi

Siapa yang tidak mengenal Taman Nasional Ujung Kulon yang menjadi satu-satunya taman nasional di dunia yang berfokus pada pelestarian Badak Bercula Satu endemik Indonesia?

Namun, berapa banyak dari kita yang mengetahui bahwa di dalam Kawasan Nasional Ujung Kulon ini juga terdapat banyak  tempat wisata lain yang unik dan patut masuk dalam wishlist Anda selanjutnya. Salah satunya adalah Pulau Peucang.

Beberapa tahun lalu saya bergabung dengan rombongan open trip menuju Pulau Peucang. Pada masa itu biaya yang perlu kita siapkan sekitar 400-750 ribu rupiah tergantung dengan paket wisata dan fasilitas yang didapatkan.

Saya mengambil paket lengkap pada kali itu. Paket open trip ini sangat cocok bagi para pekerja di Jakarta yang hanya memiliki waktu untuk berwisata di akhir pekan.

Perjalanan kami awali dengan berkumpul pada suatu Jumat malam di Dunkin Donuts Plaza Semanggi. Pukul 20.00 para rekan open trip serta guide perjalanan pun telah berkumpul, kami pun memulai perjalanan dengan sejenis bus travel menuju Pulau Peucang.

Perjalanan kami memakan waktu sekitar 9-10 jam menuju Desa Sumur tempat kapal-kapal menuju Pulau Peucang bersandar. Sebelum menaiki perahu kami sarapan terlebih dahulu dan beristirahat sejenak mempersiapkan diri menuju Pulau Peucang.

Desa Sumur ini sendiri adalah tipikal desa nelayan dimana sebagian besar penduduknya menjadi nelayan. Namun, karena semakin naiknya animo masyarakat untuk berkunjung ke Pulau Peucang dan wilayah sekitarnya maka banyak juga nelayan yang menyewakan kapal-kapalnya untuk dipakai para pelancong bahkan sebagian juga menyediakan tempat pemandian umum serta menjual berbagai makanan dan minuman untuk disantap para pengunjung. Jangan lupa untuk mengabadikan aktivitas jual beli ikan di sekitar pantai  yang menarik jika berkesempatan mengunjungi daerah ini pada pagi hari.

Setelah sarapan kami pun menaiki kapal nelayan yang masih dirakit dari kayu namun sudah dilengkapi dengan mesin jet untuk mempercepat laju kapal. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai Pulau Peucang.

Selama perjalanan hembusan angin bercampur garam serta terik mentari pagi sukses membuat nuansa liburan tropis sangat terasa apalagi diiringi dengan obrolan singkat dengan teman-teman baru, tak dinyana ternyata salah satu peserta open trip adalah adik kelas saya semasa di SMA dahulu. What a small world!

Babi hutan berkeliaran di Pulau Peucang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Babi hutan berkeliaran di Pulau Peucang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Rusa berkeliaran di Pulau Peucang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Rusa berkeliaran di Pulau Peucang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sesampainya di Pulau Peucang nampaknya rasa lelah dan kantuk langsung sirna. Kami di sambut dengan hamparan pasir putih yang mempesona.

Cukup terkejut ketika sampai di sana banyak sekali hewan liar seperti monyet, rusa dan babi liar berjalan-jalan di sekitar dermaga dan tempat penginapan yang ada di tengah pulau dengan santai dan tanpa gangguan. Mereka nampaknya sudah sangat akrab dengan para pengunjung di sekitar pulau.

Di Pulau Peucang kami juga menyempatkan untuk ber-snorkeling ria menikmati karang-karang dan ikan-ikan kecil yang berkeliaran di perairan dekat pantai. Sesi foto-foto di sekitar Pulau Peucang pun sudah seperti meu wajib bagi para pengunjung seperti kami. Banyak sekali spot foto yang instagrammable dan cantik untuk diabadikan.

Pantai putih di Pulau Peucang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pantai putih di Pulau Peucang. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Di Depan Tugu Pulau Peucang Sumber: Dokumentasi Pribadi
Di Depan Tugu Pulau Peucang Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selesai menikmati Pulau Peucang kami pun menggunakan kapal beralih mencari spot snorkeling lainnya di sekitar Pulau Peucang lalu dilanjutkan menuju salah satu Pulau tempat kami berkemah dan menginap. Ya kami tidak menginap di Pulau Peucang tapi mendirikan tenda di salah satu Pulau yang cukup jauh dari Pulau Peucang yaitu Pulau Handeuleum

Di Pulau Handeuleum. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Di Pulau Handeuleum. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selama perjalanan juga tidak kami sangka turun hujan dan gelombang cukup tinggi beberapa kali juga kapal kami membelah ombak yang cukup tinggi dan sukses membuat kami semua yang berada di kapal deg-degan. Dan ini berlangsung beberapa jam sampai mesin kapal sempat dimatikan agar tidak kehabisan bahan bakar dan dibiarkan mengikuti arus.

Saya sempat harus membayangkan bagaimana jika kapal ini kandas ataupun tenggelam dan saya bukanlah seorang yang mahir berenang dan memikirkan skenario serta pelajaran basic sea survival yang pernah saya dapatkan.

Alhamdulillah setelah beberapa jam kami diterpa cuaca buruk serta ombak tinggi kami sampai di Pulau Handeuleum, lalu segera kami mendirikan tendak dan makann malam serta beristirahat.

Keesokan harinya jadwalnya adalah kami menelusuri Muara Sungai Cigenter dengan bersampan. Lokasinya sendiri sebenarnya masih dalam Pulau Handeuleum sendiri sehingga menuju ke lokasi muara tidak jauh dan tidak memakan waktu yang banyak.

Menelusuri Muara Sungai Cigenter. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Menelusuri Muara Sungai Cigenter. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selama menelusuri Sungai Cigenter nuansanya sangat asri dengan aliran sungai yang berwarna hijau serta dihiasi pepohonan rimbun di samping dan atas kami  disertai dengan suara serangga pohon dan burung-burung terasa benar-benar ada di alam liar. Sangat cocok bagi pecinta alam dan mencari ketenangan dan petualangan.

Setelah beberapa jam menulusuri Sungai Cigenter kami pun kembali menumpangi kapal untuk menuju dermaga di Desa Sumur. Sesampainya di sana kami bersih-bersih, mandi, istirahat, salat dan makan. Setelah itu kami pun melanjutkan menumpangi bus travel menuju kembali ke Jakarta, tentunya dengan hati yang puas dan riang gembira. 

Ah rasanya perjalanan terlalu singkat kala itu, namun apa daya senin-nya kami harus sudah masuk kerja kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun