Tipe ketiga adalah caleg pendompleng harta kekayaan. Tidak terbilang jumlah caleg yang dikaruniai kekayaan dan kelimpahan harta baik dari bisnis maupun warisan keluarganya.Â
Mereka mengerahkan hartanya sebagai senjata untuk menarik simpatisan bahkan untuk menebar pesonanya jaminan dan tameng bahwa mereka tidak akan korupsi dikarenakan kekayaannya tidak habis 7 turunan sehingga korupsi hanya parasit kacangan bagi keluarganya.Â
Mereka lupa berapa banyak di negeri ini koruptor yang telah kaya dari lahir namun lebih memilih untuk by Greed Corruption sehingga berujung pada vonis di penjara?Â
Terkadang saya ragu juga apakah orang-orang-orang yang kaya raya ini mampu menyuarakan dan mengerti tentang kepentingan rakyat. Apakah di benak mereka hanya dengan membagikan kaos kampanye dan sejumlah amplop berisikan suap dapat mengantarkan mereka menjadi wakil rakyat?
Tipe keempat adalah caleg pendompleng dirinya sendiri. Mungkin inilah tipikal caleg yang diidamkan seluruh masyarakat Indonesia. Calon legislatif tipe ini tidak mengandalkan keagungan nama orangtua maupun keluarga, gelar pendidikan yang panjang, maupun harta kekayaan untuk menjadi wakil rakyat.Â
Mereka hanya mengandalkan kompetensi diri mereka sendiri dengan beragam cara pendekatan kepada masyarakat. Tidak salah jika mereka juga menggunakan berbagai media kampanya yang wajar.Â
Bekal politik, pengalaman organisasi, dan kepedulian dan niat tulus mereka memperjuangkan suara konstituennya adalah cukup untuk membuat simpatisannya memilih para calon ini untuk duduk di kursi kehormatan.Â
Saya pribadi sebagai bagian konstituen dan masyarakat menyarankan kepada seluruh cikal calon legislatif sebelum mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif layaknya untuk "memantaskan" diri mereka untuk duduk di kursi kehormatan sehingga tidak berujung pada kursi pesakitan pengadilan nantinya.Â
Melalui kegiatan berorganisasi, blusukan langsung ke tengah masyarakat, interaksi sosial yang kontinu, serta kajian strategis yang berbobot dan sesuai diharapkan para calon legislatif dapat menjaid pribadi yang pantas dan siap untuk menjabat di kursi parlemen.
Tidak salah untuk terlahir dari keluarga kaya, terkenal, dan berpendidikan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, namun layaknya perjuangan untuk meraih itu semua bukan didasarkan pada pendomplengan saja.Â
Domplenglah diri Anda sendiri. Ini juga menjadi tugas bagi kita selaku pelaku politis dan konstituen untuk terus proaktif membekali diri kita pengetahuan dasar tentang kompetensi para calon kita nantinya, sehingga tidak berujung pada kekecewaan oleh pilihan kita sendiri.