Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menggugat Kompetensi Calon Legislatif Kita

4 April 2019   09:45 Diperbarui: 5 April 2019   13:27 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster caleg partai politik terpasang di pohon Jalan HOS Cokroaminoto, Ciledug, Tangerang, Banten, Selasa (18/2/2014). Pelanggaran berupa pemasangan alat peraga di pohon, tiang listrik, hingga sarana dan prasarana publik masih bisa ditemui di banyak tempat. (KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)

Tipe ketiga adalah caleg pendompleng harta kekayaan. Tidak terbilang jumlah caleg yang dikaruniai kekayaan dan kelimpahan harta baik dari bisnis maupun warisan keluarganya. 

Mereka mengerahkan hartanya sebagai senjata untuk menarik simpatisan bahkan untuk menebar pesonanya jaminan dan tameng bahwa mereka tidak akan korupsi dikarenakan kekayaannya tidak habis 7 turunan sehingga korupsi hanya parasit kacangan bagi keluarganya. 

Mereka lupa berapa banyak di negeri ini koruptor yang telah kaya dari lahir namun lebih memilih untuk by Greed Corruption sehingga berujung pada vonis di penjara? 

Terkadang saya ragu juga apakah orang-orang-orang yang kaya raya ini mampu menyuarakan dan mengerti tentang kepentingan rakyat. Apakah di benak mereka hanya dengan membagikan kaos kampanye dan sejumlah amplop berisikan suap dapat mengantarkan mereka menjadi wakil rakyat?

Tipe keempat adalah caleg pendompleng dirinya sendiri. Mungkin inilah tipikal caleg yang diidamkan seluruh masyarakat Indonesia. Calon legislatif tipe ini tidak mengandalkan keagungan nama orangtua maupun keluarga, gelar pendidikan yang panjang, maupun harta kekayaan untuk menjadi wakil rakyat. 

Mereka hanya mengandalkan kompetensi diri mereka sendiri dengan beragam cara pendekatan kepada masyarakat. Tidak salah jika mereka juga menggunakan berbagai media kampanya yang wajar. 

Bekal politik, pengalaman organisasi, dan kepedulian dan niat tulus mereka memperjuangkan suara konstituennya adalah cukup untuk membuat simpatisannya memilih para calon ini untuk duduk di kursi kehormatan. 

Saya pribadi sebagai bagian konstituen dan masyarakat menyarankan kepada seluruh cikal calon legislatif sebelum mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif layaknya untuk "memantaskan" diri mereka untuk duduk di kursi kehormatan sehingga tidak berujung pada kursi pesakitan pengadilan nantinya. 

Melalui kegiatan berorganisasi, blusukan langsung ke tengah masyarakat, interaksi sosial yang kontinu, serta kajian strategis yang berbobot dan sesuai diharapkan para calon legislatif dapat menjaid pribadi yang pantas dan siap untuk menjabat di kursi parlemen.

Tidak salah untuk terlahir dari keluarga kaya, terkenal, dan berpendidikan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, namun layaknya perjuangan untuk meraih itu semua bukan didasarkan pada pendomplengan saja. 

Domplenglah diri Anda sendiri. Ini juga menjadi tugas bagi kita selaku pelaku politis dan konstituen untuk terus proaktif membekali diri kita pengetahuan dasar tentang kompetensi para calon kita nantinya, sehingga tidak berujung pada kekecewaan oleh pilihan kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun