Mohon tunggu...
Adrian Adam Indrabayu
Adrian Adam Indrabayu Mohon Tunggu... Lainnya - Electrical Engineering Student

Renewable Energy Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia dan Optimisme Keberhasilan Transisi Energi

26 Februari 2022   16:55 Diperbarui: 26 Februari 2022   17:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaringan Transmisi Listrik. Sumber: pixabay.com

Seluruh dunia tahu bahwa Indonesia adalah negara kepulauan beriklim tropis yang dilalui garis khatulistiwa. Bentang alamnya yang luas dan variatif membuat negara ini kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA). Tak heran, jika melalui anugerah ini, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. 

Tidak hanya sebatas itu, Indonesia juga menjadi rumah yang nyaman bagi setidaknya 270 juta jiwa di dalamnya dengan profesi dan bidang masing-masing. Jumlah penduduk yang besar bertemu dengan SDA yang berlimpah, membuat Indonesia juga termasuk ke dalam bagian dari salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Berbicara tentang perputaran roda perekonomian dan pembangunan yang pesat tentu tak lepas dari peran sektor energi di dalamnya sebagai pondasi untuk melakukan usaha. 

Dalam perjalanan selama lebih dari 76 tahun Indonesia merdeka, sebanyak 99,4% penduduk Indonesia sudah mendapatkan akses listrik yang layak. Angka ini tentu terus harus ditingkatkan guna memastikan semuanya dapat memanfaatkan energi listrik.

Sekarang, jika kita melihat sejenak sejauh mana kapasitas energi listrik terpasang di Indonesia beserta bauran energinya, porsi bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) terbilang masih paling rendah. 

Tercatat, sebanyak lebih dari 60% bauran energi di Indonesia pada 2021 masih berasal dari batu bara dan minyak bumi. Mengingat ancaman perubahan iklim adalah suatu hal yang nyata, urgensi untuk melakukan akselerasi energi di sektor EBT terus dikejar oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia. 

Dalam satu tahun ke depan, pemerintah menargetkan bauran EBT di Indonesia akan meningkat dari 11,5% menjadi 15,7%. Langkah ini diambil juga untuk mencapai target Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang disusun pada 2014 guna tercapainya bauran EBT sebesar 23% pada 2025 dan sebesar 31% pada 2050.

Profil Bauran Energi di Indonesia Sekarang

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM, 2022) disebutkan bahwa total kapasitas pembangkit yang sudah terpasang mencapai 278,9 TWh pada 2019. Jika kita mencoba untuk mengetahui komposisinya, tercatat bahwa 174,5 TWh di antaranya, atau setara dengan 62% bauran energi nasional, merupakan energi dari bahan batu bara. 

Sementara itu, porsi bauran EBT baru sekitar 11,5% saja dengan rincian sebagai berikut: panas bumi 8,7%; bio energi 5,8%; air 6,7%; angin 0,3%; dan matahari 0,03%. Angka tersebut setara dengan 7.490,8 MW. Padahal dengan mengetahui bahwa potensi EBT di Indonesia dapat mencapai total 417,8 GW, dapat dikatakan bahwa kapasitas EBT yang sudah terpasang baru mencapai 1,8%. 

Dengan keadaan elektrifikasi dan jumlah penduduk Indonesia yang ada sekarang, tingkat konsumsi energi listrik per kapita nasional mencapai 1.089 kWh. Angka ini sedikit di atas India (1.009 kWh) dan Filipina (928 kWh). 

Dalam kategori ini, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat memimpin dengan angka yang cukup tinggi yaitu masing-masing 13.308 kWh dan 12.647 kWh. Jika kita bertanya mengapa suatu negara dengan jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit daripada Indonesia namun dapat memiliki konsumsi listrik per kapita yang tinggi, maka jawabannya kemungkinan besar terletak pada sektor industri dan jasanya. 

Faktanya, sektor industri memang memiliki peran besar dalam menelan energi listrik yang cukup besar apabila dibandingkan dengan sektor rumah tangga dan pemerintahan. Sehingga, dapat dikatakan juga jika Indonesia ingin terus meningkatkan keadaan perekonomiannya, maka negara ini harus siap untuk penyediaan kapasitas energi listrik dengan porsi yang lebih besar.

Upaya Transisi Energi

Mengejar ketercapaian target bauran EBT 23% pada 2025 serta sebagai salah satu komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris untuk mencegah kenaikan temperatur hingga 2 derajat Celsius pada 2100, transisi energi menuju EBT merupakan opsi utama dalam menyelesaikan tantangan ini. 

Pada 2060, Indonesia juga berkomitmen untuk menjadi negara yang bebas karbon (net zero emmission) dengan mengandalkan sektor EBT 100% untuk memenuhi kebutuhan listrik. Diperkirakan juga, angka konsumsi listrik pada 2060 sudah mencapai lebih dari 5.000 kWh per kapita sebagai salah satu wujud penguatan ekonomi dengan ditopang oleh sektor energi.

Selain itu, melihat potensi energi surya di Indonesia sangat masif, diharapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan memimpin sektor energi di masa depan dengan total potensi 207,8 GW. 

Perlahan, berbagai jenis riset dan pengembangan juga mulai dilakukan untuk optimalisasi sistem komponen dalam pemasangan pembangkit EBT, salah satunya adalah peningkatan kualitas storage system listrik yang dihasilkan pembangkit. Strategi lain yang disusun juga meliputi pemanfaatan berbagai teknologi yang lebih efisien dan mendorong penggunaan peralatan berbasis listrik.

Harapan ke depan, upaya transisi energi ini akan membawa dampak yang besar terhadap banyak aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Tercapainya energi bersih yang terjangkau dan berkelanjutan, lingkungan yang lebih bersih, dan terwujudnya ekonomi hijau di masa depan, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan diharapkan akan mampu terwujud secara nyata dengan hasil yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun