Mohon tunggu...
Adrian Susanto
Adrian Susanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku menulis, aku ada

pekerjaan swasta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mereka-reka Asal Virus, Sebuah Teori

5 Maret 2021   14:58 Diperbarui: 5 Maret 2021   15:06 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika wabah corona merebak, bukan hanya ketakutan dan kecemasan yang muncul, melainkan juga pertanyaan dari mana virus corona (covid-19) itu berasal. Jawaban atas pertanyaan ini tentulah beragam, berdasarkan tingkatan manusia. Jika pertanyaan ini diajukan ke anak SD, mereka mungkin akan menjawab: "dari Wuhan". Anak SMP mungkin akan menjawab: "dari kalelawar", sedangkan jawaban anak SMA mungkin: "dari kebiasaan buruk manusia yang tak jaga kebersihan."

Kaum agamawan tentu punya jawaban sendiri. Pasti ada yang mengatakan bahwa virus itu datang dari Tuhan. Hal ini didasarkan pada kata-kata Allah dalam kitab suci bahwa setiap bencana, musibah atau juga wabah terjadi atas kehendak atau izin Allah (QS 10: 107 dan QS 57: 22). Virus Covid-19 tidak akan muncul jika tidak diizinkan Allah. Dan kaum agamawan mengaitkan bencana ini dengan dosa manusia. Karena itu, tak heran bila ada tokoh agama yang mengajak umatnya untuk tidak takut akan wabah corona, karena umat hanya takut kepada Allah saja.

Bagi para ilmuwan tentulah semua jawaban di atas tidak sangat memuaskan. mereka tidak mau mencari kambing-hitam, dengan hanya menyalahkan orang Wuhan atau kalelawar atau bahkan Tuhan. Maka dari itu, para ilmuwan ini masih terus melakukan pencarian dan penelitian.

Pertanyaan ini sebenarnya bukan baru pertama kali muncul di saat adanya wabah corona. Sejak muncul berbagai penyakit menakutkan yang disebabkan virus, seperti HIV-AIDS, ebola, sars dan mers, pertanyaan dari mana datangnya virus sudah ada. Namun hingga kini tak ada jawaban yang cukup memuaskan. Untuk itulah, kami hendak berspekulasi.

Satu asumsi dasar yang pasti diterima umum adalah "dalam kehidupan manusia ada banyak bibit atau benih penyakit di sekitarnya. Ketika manusia berhasil mengelola bibit tersebut dengan baik dan benar, maka penyakit akan terhindari. Namun jika benih penyakit tidak ditangani dengan baik dan benar, maka muncullah aneka penyakit." Jadi, harus disadari bahwa saat ini, kapan dan dimana saja kita berada, kita hidup bersama dengan bibit-bibit penyakit (kecuali kalau kita berada di daerah steril). Penanganan atau pengelolaan itu menyangkut internal dan eksternal. Internal adalah ketika manusia menjaga kesehatan dirinya dengan pola hidup dan pola makan yang baik dan benar sehingga membangkitkan ketahanan tubuhnya. Eksternal adalah ketika manusia menjaga kebersihan lingkungannya dengan baik dan benar.

Demikianlah asumsi dasar kita. Menjadi pertanyaan, bagaimana dengan virus. Ada kemungkinan virus itu muncul dari persilangan atau perkawinan aneka benih penyakit yang memang sudah ada. Perkawinan itu bisa saja terjadi antar 2 benih penyakit, bisa juga lebih dari 3 benih. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa virus adalah hasil perkawinan dari beberapa benih penyakit. Sama seperti dalam dunia pertanian, hasil persilangan bibit-bibit tertentu akan menghasilkan bibit baru yang unggul, demikian pula halnya dengan perkawinan aneka benih penyakit.

Virus-virus ini bisa langsung menghampiri manusia, bisa juga melalui perantara. Beberapa penyakit seperti yang telah disebut di atas, diketahui berasal dari perantara. Virus ebola muncul dari kera, sars dan mers dari unggas dan korona dari kalelawar. Baik langsung maupun lewat media, virus ini tidak otomatis langsung menimbulkan dampaknya. Biasanya manusia dan juga media perantara tadi mempunyai sistem pertahanan tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit. Mungkin awal-awalnya virus-virus tersebut kalah. Mereka mati. Akan tetapi, virus-virus itu juga mempunyai mekanisme mutan. Mekanisme ini membuat virus terus menerus mengelola dirinya agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem pertahanan obyek yang didatangi atau diserangnya.

Misalnya kita ambil contoh virus ebola. Ketika virus telah jadi, ia masuk melalui media perantara kera. Pada awalnya sistem pertahanan tubuh kera dapat membunuh virus tersebut. Akan tetapi, virus terus bermutasi dan menyesuaikan diri dengan sistem pertahanan tubuh kera. Penyesuaian itu mungkin saja tidak membunuh si kera, tapi hanya sebatas menjadi media perantara. Proses mutan ini bisa mencapai ratusan tahun. Jadi, virus ebola berawal dari perkawinan aneka benih penyakit yang kemudian mengalami beberapa kali proses mutasi virus sejak ratusan tahun lalu. Hal itu dapat terjadi karena manusia dulu tidak mengelola dan menangani benih penyakit secara baik dan benar.

Berangkat dari asumsi ini, kami ingin mengatakan bahwa bukan tidak mungkin beberapa abad ke depan akan ada jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus yang datang dari ikan. Kemunculan virus tersebut tak lepas dari peran manusia masa sekarang yang tidak mengelola dan menangani benih penyakit dengan baik dan benar.

Teorinya begini. Ada kebiasaan manusia membuang segala jenis sampah bahkan limbah industri ke laut. Di daerah pemukiman pesisiran pantai sering kita jumpai jenis-jenis sampah rumah tangga seperti plastik bungkusan, pempers bahkan juga softex. Harus disadari bahwa pada sampah-sampah itu ada benih-benih penyakit. Pada pempers atau pun softex ada bibit-bibit penyakit. Namun di antara benih-benih itu ada sesuatu yang disukai ikan. Ketika benih-benih penyakit itu bertemu maka lahirlah suatu virus.

Awalnya ikan-ikan kecil yang makan, dan virus itu "menempel" pada ikan itu. Karena sistem pertahanannya bagus, virus itu langsung kalah. Namun virus yang lain bermutasi dan menyesuaikan dengan sistem pertahanan ikan. Ketika akhirnya hasil mutan tadi berhasil, ikan-ikan kecil tadi dimakan oleh ikan yang besar. Virus tersebut langsung berlawanan dengan sistem pertahanan tubuh ikan yang besar. Mulanya ia akan kalah, namun kembali ia bermutasi sampai akhirnya dapat menyesuaikan diri dengan sistem pertahanan si ikan. Kemudian ikan tersebut ditangkap manusia. Proses hingga sampai ke manusia bisa langsung, bisa juga melalui proses makanan. Dan kebetulan pula ada tradisi makan "ikan mentah". Ada dua kemungkinan, bisa langsung menimbulkan dampak atau virus kembali menjalani proses mutan terhadap sistem pertahanan tubuh manusia.

Biar bagaimana pun pada akhirnya tetap akan muncul virus yang membawa jenis penyakit baru bagi kehidupan manusia. Penyakit ini mungkin hanya berdampak lokal, namun tidak tertutup kemungkinan juga global seperti virus corona sekarang ini.

Jika ratusan tahun ke depan muncul jenis virus yang membawa penyakit baru, perlu disadari bahwa manusia saat inilah yang patut disalahkan. Kita tahu dan sadar bahwa kita hidup berdampingan dengan jutaan benih penyakit namun kita tidak mengelola dan menanganinya dengan baik dan benar. Bukannya membunuh benih tersebut, kita malah membiarkannya tumbuh subur; bukannya mencegah, tetapi malah "membantu".

Karena itu, mari kita jaga generasi masa depan terhindari dari aneka jenis penyakit baru yang belum muncul saat ini. Marilah kita mulai kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Jangan membuang sampah ke laut. Penanganan dan pengelolaan "benih-benih penyakit" ini bukan hanya tugas masyarakat semata, tetapi juga pejabat pemerintah, karena ini terkait juga dengan penanganan sampah dengan baik dan benar.

Ujung Beting, 23 Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun