Mohon tunggu...
adrian su
adrian su Mohon Tunggu... -

Saat ini tinggal di Tanjung Balai - Karimun.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi dan Ahok Menuju DKI-1

28 Maret 2012   08:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama lagi Jakarta akan memiliki pemimpin mereka yang baru. Ada beberapa pasang calon gubernur yang sudah mendaftar di KPUD. Ada yang dari jalur independen dan ada juga yang diusung oleh partai. Dari semua pasang calon, peluang Jokowi dan Ahok untuk terpilih sangat besar. Hal ini mengandaikan dua hal: tidak ada kecurangan, baik dari penyelenggara maupun peserta pemilukada, dan kecerdasan para pemilih.

Joko-Ahok Datang dengan Bukti

Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur datang ke Jakarta dengan modal janji serta sentimen suku dan agama. Misalnya, pasangan Faisal-Biem. Tak bisa dipungkiri kepintaran Faisal dengan analisa ekonominya. Namun semua itu hanya dalam tataran teori, bukan praktek. Faisal juga mengusung Biem untuk merebut simpati warga Betawi. Hal yang sama terjadi juga dengan pasangan Nur Hidayat Wahid dengan Didik J Rachbini (seorang ahli ekonomi). Selama ini mereka hanya tampil sebagai analis. Mereka hanya pada level teori. Janji mereka masih bersifat teoritis karena belum teruji. Untuk menarik massa, tentulah mereka akan menggunakan lebel agama.

Modal kuat kampanye Jokowi dan Ahok adalah bukti keberhasilan mereka. Seandainya pun mereka berjanji saat kampanye, janji itu sudah teruji dan terbukti. Jokowi berhasil di kota Solo sebagai walikota, sedangkan Ahok di Belitung Timur sebagai Bupati. Kedua tokoh ini dikenal sebagai sosok yang bersih, lepas dari isu suap, korupsi atau politik uang. Mereka sangat religius tapi sekaligus juga nasionalis. Mereka benar-benar manusia yang people oriented. Kita kenal Jokowi dengan aksi pasar rakyat/tradisional dan mobil esemka. Kita juga kenal akan Ahok dengan sekolah dan pelayanan gratis kepada rakyat miskin di Belitung Timur.

Karena karakter mereka inilah membuat mereka sangat dicintai oleh warganya. Mereka dapat diterima oleh siapa saja tanpa membedakan suku dan agama. Kita bisa bayangkan waktu pemiliki bupati di Belitung Timur, Ahok malah dengan mudah mengalahkan calon putra daerah yang asli melayu dan beragama islam.

Pengusaha Nakal: Sebuah Ancaman

Di mana-mana sudah lumrah bila orang yang berbuat baik akan dimusuhi oleh mereka yang jahat. Yesus, ketika hadir di dunia untuk membawa misi Kerajaan Allah, dimusuhi, dibenci malah dibunuh oleh para imam, ahli taurat dan kaum farisi. Ini terjadi karena misi kerajaan Allah, yang adalah situasi damai, kasih, keadilan (baca: kesejahteraan dan kebahagiaan hidup) bagi umat manusia, menjadi ancaman bagi mereka. Dengan kehadiran Kerajaan Allah kaum farisi, para imam dan ahli taurat akan kehilangan keuntungan, baik soal uang maupun kekuasaaan (jabatan). Oleh karena itu, mereka harus menyingkirkan Yesus.

Dari gambaran di atas, kita dapat mengetahui sosok Jokowi dan Ahok. Mereka adalah orang bersih yang peduli pada nasib rakyat kecil. Tentulah kehadiran mereka di Jakarta nanti akan mengangkat nasib rakyat kecil. Dapat diprediksikan kalau mereka akan membawa ekonomi kerakyatan dengan mendukung usaha kecil. Mereka akan menghidupkan sektor informal, sebagaimana yang telah dilakukan Jokowi di Solo.

Karena itu, tentulah apa yang akan dilakukan oleh Jokowi-Ahok ini merupakan sebuah ancaman bagi para konglomerat dan pengusaha nakal. Mereka yang selama ini selalu mendapatkan keuntungan dari kemudahan-kemudahan, tentu hal itu tidak lagi mereka nikmati. Malah mereka akan dipersulit. Situasi ini pastilah tidak mengenakkan bagi mereka. Situasi ini sama seperti yang dialami oleh para imam, ahli taurat dan kaum farisi pada jaman Yesus. Karena itu, bisa diduga kalau mereka akan menggalang kekuatan, dengan modal yang kuat, untuk menggagalkan Jokowi-Ahok menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Pemilih Pintar

Perubahan wajah ibukota tidak semata-mata tergantung pada gubernur dan wakilnya saja. Meski tak bisa dipungkiri bahwa setiap calon selalu membawa misi perubahan. Namun ada misi yang sudah diuji, ada juga misi yang belum teruji, mala ada yang bisa dikatakan sudah gagal.

Perubahan tergantung juga pada warganya, baik sebelum pemilihan maupun sesudah pemilihan. Sebelum pemilihan sangat dibutuhkan warga yang tahu dan sadar akan pilihannya. Bukan asal pilih. Warga diminta untuk memilih bukan karena janji, bukan pula karena agama atau juga suku. Jangan mudah tergiur oleh pemberian uang, yang hanya bisa dinikmati satu dua hari. Jangan pula tergoda pada penampilan baik pada saat kampanye, baik probadi calon maupun partainya.

Sesudah pemilihan pun warga diminta untuk dengan kesadarannya bekerja sama dengan gubernur dan wakil gubernur terpilih untuk mewujudkan perubahan. Artinya, warga harus mengikuti apa yang dikehendaki oleh pimpinannya demi perubahan wajah ibukota yang dirinya juga akan menikmati. Dengan kata lain, warga dan pemimpinnya harus bergerak dan melangkah bersama menuju perubahan demi kebahagiaan bersama.

Tanjung Balai, 28 Maret 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun