Konsumen bijak adalah konsumen yang mengerti apa yang dibeli, menelusuri dan mengetahui rekam jejak produknya. Apakah baik saat proses produksinya, dan tidak menganggu lingkungan juga pengelolaan yang bertanggung jawab.
Produk yang dihasilkan dari proses yang tidak bertanggung jawab, misalnya perusakan hutan, alam dan lingkungan. Hal inilah yang akan berdampak buruk bagi keberlangsungan ekosistem. Bukan itu saja, Konflik akan terjadi antara manusia dan fauna endemik.
Gajah, Orang Utan, Harimau Sumatera beberapa hewan endemik yang posisinya kini kian terdesak. Disebabkan karena perusakan dan pengelolaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak ramah bagi mereka. Manajemen pengelolaan hutan yang baik diperlukan bagi perusahaan yang bekerja di bidang pengelolaan industri hasil hutan misal : Kayu. Kayu diolah dengan berbagai macam produk terutama yang selalu dikonsumsi dalam keseharian yaitu Kertas dan Tissue.
Usahakan dalam membeli produk hasil hutan, baik kayu maupun bukan kayu, kita membeli yang ramah lingkungan (Ecolabel). Dan sudah tersertifikasi oleh lembaga yang mengeluarkan sertifikasi, contoh : FSC (Forest Stewardship Council) LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) SUCOFINDO (Sertifikasi Legalitas Kayu) RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)Â juga lembaga lain.
Dengan tujuan sebuah perusahaan berkomitmen tinggi mewujudkan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab dan mendukung pengelolaan hutan yang layak secara lingkungan, bermanfaat secara sosial dan ekonomi.
Hutan khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan setiap tahunya mengalami deforestasi yang disebabkan utama-nya oleh pembukaan lahan, ilegal loging, tambang, pertanian skala besar. Jika produk yang kita beli dari proses yang tidak baik, seperti hasil ilegal loging, perusahaan sawit atau bubur kertas yang salah kaprah, Mulailah berpikir ulang untuk menggunakan atau membeli produk dari hasil praktik yang merusak hutan dan lingkungan.
Sebagai konsumen yang bijak dan cerdas. Kita perlu menuntut dan mendorong perusahaan yang bekerja dibidang kehutanan juga pengelolaan hutan untuk mengelola hutan secara lestari. Dan melakukan praktik yang benar, termasuk mengeluarkan sertifikasi ramah lingkungan. sehingga tetap saling berkesinambungan.
Perlu kita tahu, deforestasi hutan oleh perusahaan sawit menyumbang cukup besar hilangnya hutan indonesia. Hasil dari sawit adalah sebagai bahan baku minyak goreng, margarin, sabun, kosmetik, industri baja, juga industri farmasi. Jadi mulai sekarang! dorong perusahaan sawit untuk mengelola hutan secara bertanggung jawab.
Selain itu produk dari perikanan perlu juga ditelusuri kelayakannya secara lingkungan dan tidak merusak ekosistem laut, utamanya memiliki sertifikat ekolabel MSC (Marine Stewardship Council) dan atau ASC (Aquaculture Stewardship Council) dengan tujuan sama mendorong industri juga pelaku bisnis perikanan, menciptakan produk perikanan yang berkelanjutan, mensejahterakan para nelayan dan pro terhadap lingkungan.
Hindari konsumsi seafood dari produk perdagangan hiu, seperti sirip hiu yang sering tersaji di restoran restoran mewah. Komoditas hasil laut maupun didarat (tambak), bukan dari hasil yang merusak ekosistem. Seperti menggunakan pukat harimau, bom, dan racun. Telusuri asal usul produk seafood yang akan kita konsumsi, sebagai bentuk dukungan kita terhadap produk yang dihasilkan dari proses yang baik. Mudah dilakukan jika memang kita benar benar peduli! Mulai tanyakan dari mana seafood berasal.
Dorong pelaku usaha untuk lebih mengetahui dan paham terhadap produk perikanan-nya dari rantai pertama yaitu nelayan, suplier sebelum jatuh ketangan konsumen. Demi mendorong praktik perikanan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Jadilah konsumen yang bijak, cerdas, pro lingkungan dan selalu menanyakan darimana produk hasil hutan-nya, asal usul seafood-nya. Mulailah #BeliYangBaik sebagai tanda konsumen yang ramah lingkungan. #UseYourPower untuk sebuah perubahan! #IniAksiku!.
Penulis : Adrian Pramana - Koordinator Media Earth Hour Cimahi
Tanda tangani petisi #BeliYangBaik di https://www.change.org/p/saya-beliyangbaik-utk-selamatkan-bumi-ini-aksiku-mana-aksimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H