Mohon tunggu...
Adri Adhi
Adri Adhi Mohon Tunggu... -

Panggil saja saya Adri atau Adhi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nurdin dan Media

25 Februari 2011   17:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:16 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir, kita mendapati banyaknya penolakan kepemimpinan Nurdin di berbagai media. Dalam sehari mungkin ada 10 hal berbeda tentang Nurdin di hari itu. Berlebihan atau tidak, itu yang saya pertanyakan dari media.

Harus diakui bagi negara Indonesia sepak bola merupakan komoditi bisnis sekaligus politik. Kehebatan tim sepak bola di suatu daerah pasti selalu membawa dampak bagi pemimpin organisasinya.

Dan ini nyata, ada banyak orang yang mengetuai organisasi tim sepak bola menjadi tokoh kenamaan di daerahnya. Entah itu jadi politisi, pebisnis handal, atau tiba-tiba melejit namanya dan mempunyai daya jual.

Dengan begini banyak orang yang semakin memikirkan sepak bola. Mau di bawa kemana sepak bola indonesia. Menjadi sebuah bisnis atau sebuah politik?

"Andaikata kami diberikan kebebasan suasana kondusif, kami bisa memutuskan. Keras sekali ancaman-ancaman dari berbagai pihak tetapi tidak kami layani. Kami tidak mau didikte. Jadi, inilah yang keputusan yang diambil," kata Tjipta Lesmana, Ketua Komite Pemilihan Eksekutif PSSI periode 2011-2015.dalam jumpa pers di Hotel Santika, Jumat (25/2/11).

Masalah kedua, soal media yang gencar membincangkan Nurdin.

Media mulanya tidak berpihak atas apapun yang terjadi pada Nurdin. Sekarang, mereka telah mengusung suatu kekuatan tersendiri menurunkan Nurdin.

Tidak salah karena memang itu kenyataannya. Ada banyak sekali demo yang menentang kepemimpinannya. Juga ada banyak orang yang berkomentar soal Nurdin. Dari Artis, Politisi hingga anak kecil. Semua tahu satu hal tentang Nurdin, yaitu turun.

Meski begitu Nurdin tetap enteng menjawab. "Saya tahu siapa yang membiayai. Saya juga tahu siapa yang merekayasa dan menebarkan kebencian terhadap saya. Saya hanya bersabar," ujar Nurdin di kediamannya di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (dari yahoo.co.id).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun