PENDAHULUAN
Usia dini merupakan masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital, meliputi 80% dari perkembangan otak anak. Masa ini juga merupakan masa kritis bagi perkembangan anak karena sangat mempengaruhi perkembangan pada masa selanjutnya hingga dewasa. Pada usia dini kondisi psikologis anak sangat labil karena masa ini merupakan fase pengenalan lingkungan. Pada umumnya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru yang mereka lihat atau ketahui dari lingkungan sekitar, mulai dari keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.
Saat ini banyak sekali kasus bullying atau perundungan terhadap orang lain dengan berbagai alasan. Namun, yang lebih karena mereka merasa ingin dihormati atau orang yang terlalu hormat. Sebenarnya saling menghargai itu penting bagi sesama manusia, namun mungkin cara yang dilakukan salah dan ada beberapa alasan lain yang membuat seseorang melakukan bullying terhadap orang lain. Olweus (1995) menjelaskan bullying sebagai perilaku yang sengaja diulang dan disalahgunakan kekuatan pelaku. Siswa yang mendapatkan perilaku ini umumnya kurang berani untuk melawan lebih banyak teman kuat sehingga mereka lebih diam ketika diganggu, diejek, atau ketika mendapat kekerasan dari teman-temannya (Coloroso, 2007).
Kasus bullying juga tidak hanya terjadi di dunia nyata tetapi di dunia maya, seperti sosial media. Contoh bullying melalui media sosial media atau Cyberbullying juga bisa dari komentar di posting seseorang, menghina orang atau orang melalui postingan diunggah di media sosial, dan masih banyak lagi. Mardiyati (2017) mengungkapkan bahwa ada dua pendekatan yang dapat diambil menangani ujaran kebencian di media sosial. Pendekatan ini datang dari dalam (pribadi) atau dari luar. Masyarakat sosial diharapkan remaja mampu berkontribusi itu bermanfaat bagi masyarakat. Namun, nyatanya banyak remaja yang berperilaku tidak sesuai dengan moral di Indonesia. Banyak remaja yang melanggar peraturan itu dibuat. Salah satu aspek terjadinya perilaku bullying juga bisa berasal dari keharmonisan keluarga. Harmoni keluarga adalah seluruh keluarga kecocokan hubungan antara suami istri dan kedamaian. Harmoni ini ditandai dengan suasana rumah biasa, tidak rawan konflik, dan sensitif untuk kebutuhan rumah tangga  (Suardiman, 1990). Harmoni adalah faktor untuk mencegah intimidasi.
Plt Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Bidang Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Anggin Nuzula Rahma mengatakan data KPAI tahun 2011-2019 tercatat 574 anak laki-laki menjadi korban bullying, 425 anak perempuan menjadi korban bullying di sekolah . 440 anak laki-laki dan 326 anak perempuan sebagai pelaku bullying di sekolah. Sementara itu, sepanjang tahun 2021 setidaknya terdapat 17 kasus bullying yang terjadi di berbagai jenjang di satuan pendidikan. KemenPPPA memandang kasus perundungan di Indonesia sangat memprihatinkan dan perlu upaya holistik dan integratif untuk mencegah perundungan. Upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu tidak hanya menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik, tetapi semua sektor seperti orang tua sebagai pendidik utama, pemerintah, dunia usaha, lembaga masyarakat, media, dan masyarakat pada umumnya.
Jadi maraknya kasus bullying pada anak usia dini bisa disebabkan karena faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan masyarakat sekitar. Anak usia dini yang melakukan bullying tidak akan mengetahui apakah dampak dari perbuatannya kepada anak usia dini lain. Bullying yang dilakukan anak usia dini adalah secara fisik maupun verbal.
PEMBAHASAN
A. Bullying Pada Anak Usia Dini
Bullying adalah tindakan yang menindas orang lain dan korbannya biasanya lebih lemah dari pelakunya, yang biasanya dilakukan karena suatu alasan. Bullying juga merupakan perbuatan yang sangat tidak terpuji dan berdampak sangat buruk bagi korbannya. Bullying merupakan masalah yang serius bagi anak, karena bullying dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak yang menjadi korban bullying seperti rendahnya harga diri, kecemasan berlebihan dan depresi. Anak usia dini merupakan salah satu periode fundamental dalam mencegah dan menghentikan bullying. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bullying terjadi pada anak usia dini. Jenis-jenis bullying pada anak usia dini adalah fisik, verbal dan relasional. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bullying terjadi pada anak usia dini. Perilaku bullying yang terjadi pada anak usia dini adalah mengajak orang lain untuk mendapatkan perhatian, mendapatkan apa yang diinginkan (makanan, mainan, pakaian, dll), memanggil nama teman dengan kata-kata kasar (Huston, J., & Bailey, S.J, 2008).
Bullying anak usia dini diukur dengan menggunakan strategi observasi, kuantitatif, atau kualitatif. Ditemukan tiga jenis bullying yang terjadi pada anak usia dini yaitu fisik, verbal dan relasional (Jansen et al., 2012; Gltekin-Akduman, 2012; zdemir & Tepeli, 2015; Rose et al., 2016). Bullying fisik pada anak usia dini meliputi menggigit, menendang, mencubit, mendorong, memukul, meludah, meninju, melempar benda, dan menjambak rambut teman. Bullying verbal yang dilakukan oleh anak usia dini adalah mengancam, menggoda, menantang teman, memanggil nama yang tidak baik, mengancam, menggunakan kata-kata yang tidak baik, mempermalukan, dan menggosipkan. Bullying relasional dengan mengajak teman untuk tidak bermain dengan seseorang, menghancurkan mainan teman, menolak anak lain untuk bergabung, mencegah beberapa anak bermain atau berbicara dengan orang lain, mengabaikan beberapa teman.
Menurut pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa bullying adalah tindak kekerasan yang dilakukan baik secara fisik maupun verbal pada seseorang. Bullying tidak hanya terjadi pada anak remaja atau orang dewasa tetapi juga dapat terjadi pada anak usia dini. Bullying yang terjadi pada anak usia dini bisa seperti meludah, mendorong, berkata kotor, memanggil teman dengan sebutan lain.
B. Penyebab Bullying Pada Anak Usia Dini
Menurut Andrew dkk (dalam Lestari 2016: 16 ) mengatakan bullying terjadi akibat faktor lingkungan keluarga, sekolah, media massa, budaya dan peer group. Bullying juga muncul oleh adanya pengaruh situasi politik dan ekonomi yang koruptif.
1. Keluarga, keluarga menjadi faktor penyebab anak melakukan bullying, orang tua yang melakukan kekerasan memicu untuk anak menirunya. Dengan anak melihat perbuatan orang tua mereka membuat mereka ingin melakukan hal yang sama kepada teman-temannya.
2. Sekolah, bullying dapat terjadi disekolah jika pengawasan dan bimbingan tidak dilakukan dengan semestinya disekolah. Anak-anak yang melakukan bullying disekolah hendaknya ditindak lanjuti dengan serius dengan memberikan pengawasan dan bimbingan.
3. Media massa, media massa atau internet memberikan dampak yang cukup serius bagi anak yang melakukan bullying, tontonan yang dilihat oleh anak seperti adegan kekerasan membuat anak-anak meniru dan bangga atau keren karena telah meniru hal tersebut.
4. Budaya, budaya menjadi salah satu pemicu munculnya perilaku bullying. Suasana politik yang kacau dapat membuat anak menjadi depresi, stess, dan arogan sehingga mereka meluapkannya kepada teman-temannya maupun orang sekitarnya.
5. Teman sebaya, sekelompok teman sebaya dapat mempenggaruhi seorang anak untuk melakukan bullying. Anak-anak yang melakukan bullying untuk membuktikan kepada teman sebayanya agar dapat diterima oleh kelompok tersebut.
C. Akibat Bullying Pada Anak Usia Dini
Bullying akan memberikan pengaruh yang sangat merugikan, tidak hanya itu saja bagi korban tetapi juga bagi pelaku. Menurut Coloroso, pelaku bullying akan terjebak dalam peran yang mengganggu, mereka tidak bisa mengembangkan hubungan yang sehat, kurang mahir melihat sesuatu dari perspektif lain, kurang empati, dan menganggap itu dia kuat dan disukai sehingga dia bisa mempengaruhi pola sosial kehidupan sosial masa depan. Sedangkan dampak negatif bagi korban adalah akan timbul perasaan tertekan dan marah. Mereka marah pada diri mereka sendiri, pengganggu, orang-orang orang dewasa dan orang-orang di sekitar mereka karena mereka tidak bisa atau tidak mau bantu dia.
Hal ini kemudian mulai mempengaruhi prestasi akademik korban. Mereka mungkin akan mundur lebih jauh ke dalam pengasingan karena tidak mampu mengendalikan hidupnya dengan cara-cara yang ada konstruktif. Korban bullying cenderung merasa takut, cemas, dan memiliki harga diri lebih rendah dari pada anak-anak yang bukan korban bullying. Duncan juga menyatakan bila dibandingkan dengan anak yang tidak menjadi korban bullying, korban bullying akan memiliki harga diri yang rendah, harga diri rendah, penilaian diri yang buruk, tingkat depresi yang tinggi, kecemasan, ketidakmampuan, hipersensitivitas, perasaan tidak aman, panik dan kegugupan di sekolah, konsentrasi terganggu, penolakan oleh kolega atau teman, menghindari interaksi sosial, lebih tertutup, memiliki sedikit teman, terisolasi, dan merasa kesepian.
D. Fungsi Sosialisasi Dalam Pencegahan Bullying Anak Usia Dini
Bullying yang terjadi di sekolah seringkali menjadi bahan pemberitaan baik di media sosial maupun media lainnya. Sering kali bullying ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bullying. Jika setiap orang memahami bentuk-bentuk bullying, dampaknya terhadap korban, dan juga cara menghindari perundungan, maka potensi bullying di sekolah akan lebih mudah diminimalkan. Bentuk sosialisasi dapat dilakukan dengan menempelkan poster anti bullying, menyisipkan pesan anti bullying dalam pembelajaran. Sosialisasi ini memiliki tujuan untuk mencegah bullying terjadi, karena pada saat itu ada banyak hal ini terjadi lingkungan yang tidak dapat dicegah.
Pengaruh lingkungan sangat sering terjadi menjadi faktor utama dalam pembentukannya karakter seseorang untuk dilakukan intimidasi, terkadang dorongan pengaruh teknologi yang berkembang dengan cepat menjadi pendukung yang cukup tinggi. Sosialisasi ini berfungsi untuk mengurangi dan mengantisipasi masalah umum terjadi. Bullying sendiri sangat rentan terhadap psikologis seseorang, terutama anak anak. Dampaknya sangat besar mengkhawatirkan, sehingga mengancam korban.
Sosialisasi pencegahan bullying dapat diberikan kepada keluarga, masyarakat, pihak sekolah dan lain-lainnya agar kasus bullying yang terjadi dilingkungan baik keluarga, masyarakat maupun sekolah dapat dicegah dengan baik dan cepat. Pemberian sosialisasi memiliki fungsi yang sangat baik karena dapat mengetahui bullying yang terjadi pada saat sekarang dan dapat mengatasinya dengan baik.
KESIMPULAN
Bullying adalah tindak kekerasan yang dilakukan baik secara fisik maupun verbal pada seseorang. Bullying juga dapat terjadi pada anak usia dini. Bullying yang terjadi pada anak usia dini bisa seperti meludah, mendorong, berkata kotor, memanggil teman dengan sebutan lain. Penyebab bullying disebabkan karena beberapa faktor seperti keluarga, sekolah, media massa, budaya, dan teman sebaya yang mana memberikan pengaruh yang buruk bagi korban. Akibat bullying yang ditimbul sangat beragam mulai dari masalah verbal, fisik, dan mental anak yang menjadi korban bullying. Sosialisasi yang diberikan kepada berbagai kalangan memiliki fungsi dalam pencegahan kasus bullying yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H