Rencananya, 4.900 karyawan pabrik rokok HM Sampoerna di Jember dan Lumajang dipecat per 31 Mei mendatang. Pas Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Kalau soal penutupan pabrik rokok, saya senang. Apalagi kalau alasannya memang karena pangsa pasar SKT (Sigaret Kretek Tangan) jauh menurun. Bagi saya, perokok itu pengganggu. Kecuali jika merokok tidak berasap atau asapnya ditelan sendiri, monggo…
Semakin banyak perokok, semakin banyak yang buta huruf. Tidak bisa baca apalagi memahami peringatan di kemasan :”merokok membunuhmu”. Lho! Ada orang koq mau dibunuh pelan-pelan?
Kembali ke soal pecat. Kalau itu, saya pasti turut sedih karena pernah dipecat juga. Tapi saya ingin para karyawan pabrik rokok tersebut suatu saat bisa seperti saya yang mengatakan ‘dipecat itu nikmat!”
Jelas kalian harus jauh lebih bersyukur karena sebelum PHK, kalian sudah dapat bekal keterampilan dan pengetahuan mengenai wirausaha mandiri. Selain pesangon sesuai UUTK, tentunya.
Enak tenan! Nikmat banget! Meski uang pesangon belum tentu menjadikan karyawan kaya 1 keturunan.
Kalau saya, dipecat melalui gugatan PT GRAHADHIKA SARANA PURNAJATI (‘MIRACLE AESTHETIC CLINIC’) di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Surabaya. Saya dimenangkan di tingkat PHI, Kasasi maupun Peninjauan Kembali (PK). PHI pun sudah meng-aanmaning (menagih) perusahaan agar bayar pesangon saya di September 2013 lalu tapi hingga saat ini tidak ada itikad baik untuk bayar.
Nah, kalau rekan-rekan sudah terima pesangon, dan pundi-pundi tabungan relatif minim, saran saya, lunasilah utang terlebih dulu. Kredit motor atau berbagai kredit konsumtif lainnya, yang beresiko bunga dan denda yang sekiranya tidak dapat digunakan sebagai modal usaha.
Jika rekan-rekan merasa terlambat dan bersedih hati karena bertahun-tahun hanya mengandalkan penghasilan dari satu sumber, maka mulailah menata diri. Semangat dan integritas itu terpenting, modal uang bukan yang utama. Berkaca apakah kualifikasi usia dan pendidikan masih dapat bersaing di bursa kerja. Bagaimana kompetensi yang dimiliki. Bersemangatlah segera mencari pekerjaan baru.
Atau sudah siap mau langsung usaha mandiri? Lebih baik buka usaha yang sesuai minat dan bakat kita. Misal suka memasak, bukalah usaha misal warung atau catering. Jika tidak cukup mampu buka resto atau beli franchise, manfaatkan relasi. Nitip brosur, promo dari mulut ke mulut, atau sistem konsinyasi. Usaha online sekalipun juga butuh relasi dan reputasi.
Kelak usaha Anda akan berkembang dengan sendirinya jika Anda jujur, dapat dipercaya dan konsisten. Sebab setiap tetes keringat kita ada harganya. Rejeki tidak akan pernah salah kantong.
Orang yang terbiasa terima gaji lalu berusaha mandiri, di awal usaha umumnya merasa ‘lebih enak kerja, terima uang tiap bulan’. Sementara usaha mandiri, fluktuatif. Kadang rame, kadang untung, kadang impas.
Terpenting, hidup hemat dan buat target kerja. Misal dalam sekian bulan sudah harus dapat kerja atau sudah harus buka usaha. Jangan terlena dengan besarnya uang pesangon. Seberapapun, isi dompet pasti makin berkurang jika tanpa pemasukan. Makin berlipat jika dipakai untuk modal usaha.
Setinggi apapun jabatan Anda, Anda tetaplah karyawan. Suatu saat pasti ‘dipecat’ kendati alasannya masuk usia pensiun. Siap dari sekarang, yuk! Sekecil apapun usaha Anda, Anda adalah Boss (Bob Sadino)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H