Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Risma, Selangkah Lebih Maju

22 Juli 2014   21:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:34 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walikota saya, Bu Risma, adalah walikota wanita pertama di Surabaya. Beliau dipilih rakyat. Tapi jangan dipikir jalannya mulus.

Sejak menjabat pada September 2010 lalu, keringat dan airmata beliau mengiringi kemajuan pesat pembangunan kota Surabaya.

Saya adalah warga pendatang di Surabaya sejak tahun 2007 lalu sehingga cukup dapat merasakan beda walikota Bu Risma dengan yang sebelumnya, yang kemudian jadi wakil walikota Surabaya dan akhirnya berhenti di tengah masa jabatan yang seharusnya hingga tahun 2015, karena mencalonkan diri sebagai cagub Jatim pada bulan Juni 2013 lalu dan gagal.

Ada berbagai macam hambatan dan tantangan yang harus dihadapi Bu Risma. Tidak mudah memang mengatur jutaan warga metropolitan Surabaya dengan berbagai etnis, ya Bu? Tetapi menurut saya, yang membuat beliau berderai-derai justru karena lebih beratnya urusan dengan partai-partai politik.Dan beliau tetap berpihak kepada rakyatnya.

Baru beberapa bulan menjabat, Ketua DPRD sudah menurunkan hak angket tentang sewa/pajak reklame, yang didukung oleh partai pendukungnya. Memang nekat sih, naik hingga 25%! Tapi saya sangat mendukung karena alokasinya jelas terasa bagi masyarakat.

Boleh dibandingkan dengan kota tetangga sekitarnya, seperti Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik atau Bangkalan.

Ketika ada banyak daerah baru mau akan menggunakan e-government, di Surabaya sudah menggunakan e-government dengan standar ISO/IEC 27001:2005 yang diakui dunia internasional.

Ketika pemkot lain perlu pengawasan aparaturnya, beliau sudah mewajibkan seluruh staf termasuk sopirnya untuk melaporkan segala kegiatan kerja hariannya dengan sistem IT yang terintegrasi.

Ketika ada daerah lain yang ingin memperbaiki berbagai taman dan program penghijauan, beliau sudah mendapat penghargaan internasional khususnya untuk Taman Bungkul. Demikian halnya dengan taman bacaan atau perpustakaan, beliau sudah mengadakan hampir 1.000 taman bacaan dan perpustakaan yang tersebar di sekolah-sekolah hingga kampung-kampung.

Logis kiranya jika beliau mendapat berbagai penghargaan internasional maupun tingkat nasional. Seperti Piala Adipura tahun 2011, 2012 dan 2013 dan pastinya semoga untuk tahun 2014. Juga menjadi kota terbaik se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet, dapat Future Government Awards 2013 mengalahkan 800 kota di seluruh Asia Pasifik. Beliau pun menjadi Mayor of the Month (walikota terbaik dunia) pada bulan Februari 2014 lalu.

Ketika semuanya dianggap belum cukup memuaskan, beliau pun berderai-derai ketika harus menghadapi isu akan mengundurkan diri ketika pelantikan wakil walikota yang baru dianggapnya tidak prosedural.

Pun beliau harus tetap sabar ketika rencana penutupan lokalisasi Dolly yang sudah disusun jauh-jauh hari, dengan pembekalan ketrampilan dan modal usaha, masih saja ada pihak yang ingin mengganjal rencana baik tersebut dengan berbagai alasan.

Masih ada berbagai hal yang harus diselesaikan oleh beliau dalam masa setahun terakhir masa jabatannya. Di antaranya, beliau masih ingin menjadikan eks penjara Kalisosok (dulu dihuni oleh para pahlawan HOS Tjokroaminoto, KH Mas Mansyur dan WR Supratman) dibuat museum. Belum lagi soal Kebun Binatang Surabaya (KBS), berupa laporan beliau ke KPK dan adanya gugatan dari Ketua Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia senilai 500M pada bulan Mei lalu.

Ada kebanggaan ketika mendengar Bu Risma akan "naik pangkat" masuk kabinet JKW-JK. Di satu sisi sebagai warga Surabaya, hati kecil saya memang sama seperti beliau, ingin beliau tetap menyelesaikan masa jabatannya hingga tahun depan. Pertimbangan saya semata karena hasil kerja wakilnya belum nampak dan belum terasa sama sekali. Maklum, belum seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang cukup setara kualitasnya dengan gubernurnya yang ‘nyapres’.

Setuju, rek?

Baca juga:

https://id.berita.yahoo.com/ini-alasan-risma-ogah-jadi-menteri-jokowi-231102727.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun