Sejak hampir dua tahun, Jalan MERR (Jl. H. Ir. Soekarno) Surabaya mulai berderet ruko-ruko baru. Masih banyak yang kosong hingga sekarang. Ada juga yang sudah dibuka untuk usaha.
Selain Soto Cak Har yang super ramai, sepertinya tidak ada lagi resto di MERR Selatan yang cukup dapat menandinginya. Termasuk resto chinese food yang merupakan resto satu-satunya yang buka di deretan ruko baru itu. Setahunan lalu sudah buka tapi tidak pernah seheboh Soto Cak Har. Konon kalau resto tidak cukup dapat memanjakan lidah, pasti tidak akan bisa ramai.
Sampai suatu saat, bulan lalu, saya lihat chinese food itu jadi cukup ramai. Oh, rupanya resto itu sudah menggandeng satu merk cukup ternama di Surabaya yang menyediakan Chasio Garing Madu. Konon cabangnya banyak, di Jakarta dan Surabaya.
Pertengahan Juli lalu, suami saya coba makan siang di sana. Hanya 1 KM dari tempat tinggal kami. Jelas taste Chasio itu bikin lidah bergoyang. (Maaf, menu non halal).
Kemarin kami ada acara, mengundang beberapa sahabat untuk makan di resto tersebut. Nampaknya menu Chasio sudah habis. Katanya sisa siobak dan sosis. It’s okay! Kepalang tanggung tidak ada resto lain di sebelah-sebelahnya, ya sudahlah. Selainnya itu setelah dirayu waitress setengah tua, yang katanya menu lainnya juga enak akhirnya kami pesan menu nasi goreng, mie goreng dan capcay kuah untuk ber-tujuh. Enam dewasa dan 1 anak balita tapi sudah bisa makan sendiri.
Setelah makanan hampir habis, saya tanyakan, “mana siobaknya, koq belum keluar?”
Dijawab, “habis”.
Saya tanyakan lagi, “bukannya tadi sudah pesan sama mbak? Kalau habis ya harusnya kami diberitahu. Saya bawa tamu ke sini hanya untuk coba menu Chasio, bukan lainnya”.
Elhaaa…dijawabnya dengan nada tinggi, “sudah habis mau bagaimana lagi? Orang Chasio yang ditugaskan di resto ini lho cuma 1 orang dan kalau habis, dia langsung pulang tanpa pamit!”
“Lho memangnya urusan saya? Mbak ‘kan yang tulis semua orderan saya? Mbak juga yang bilang siobak dan sosis masih ada...Sudah, saya bayar saja semuanya! Saya kapok makan di sini, salah masuk resto rupanya…”
Ketika menyodorkan bon makan, ternyata pesanan Chasio tidak tertulis di bon itu dan ketika saya tanyakan, dijawab bahwa pesanan itu harusnya tertulisnya di bon khusus untuk Chasio. Lhah! Disodorin kertas order pun tidak...
Hmm…kalau cuma mau makan nasi goreng, mie goreng dan capcay kuah saja, amit-amit, ya...semoga saya tidak akan pernah salah masuk ke resto itu lagi. Not recommended. Masih sangat amat banyak resto lain di Surabaya yang rasa makanannya jauh lebih enak, harga lebih murah dan pelayanan jauh lebih baik.
Menjadikan satu resto ramai bukanlah hal yang sulit (saya pernah bekerja di beberapa resto) tetapi menjadikannya kembali sepi akan jauh lebih mudah. Hire-lah orang yang tak peduli pada customer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H