Mohon tunggu...
Mariana Poliraja
Mariana Poliraja Mohon Tunggu... -

Takjub dengan keberagaman bangsaku, Pembohong yang paling besar adalah orang yang bisa membohongi nurani nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapa Lopaleng

24 Mei 2012   12:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:52 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Di Jawa kamu punya bapa Lopaleng ganti nama. Waktu kamu datang dulu kami baru percaya Lopaleng masih ada. Dia ganti dia punya nama, kami semua kira dia sdh mati tiada. "  Seorang perempuan tua menyalakan kreteknya tanda galau mulai bersarang di dada. "

"Kamu tahu siapa emakmu? "

"tentu saja jawabku. , sambil menjawab nama ibuku.

" bukan ! sanggah mereka. emakmu itu Emak Boleng.  Bapa mu kawin dengan orang Jawa dan meninggalkan pacarnya si Emak Boleng itu .  Emak Boleng tidak pernah kawin tunggu kamu punya Bapa datang.  Tunggu punya tunggu...Dia datang kesini tahun 1953 waktu Ile ( gunung ) Boleng meletus. Gunung meletus  baru Lopaleng pulang. Tapi dia tidak mau urus kebun kopi dan kelapa. Dia sudah senang tinggal di Jawa. " mereka bicara dengan suara kencang sampai kehabisan napas seperti habis main bola.

Larut malam saya baru tidur. Semua kerabat dan saudara bapa Lopaleng datang dan bercerita sambil bikin silsilah panjang. Saya senang karena bisa bernostalgia dan saya tahu  sekarang kenapa bapa saya sanggup berenang dari Ancol ke Pulau seribu.  Tahu kenapa Bapa suka ikan. Lopaleng bapa saya memang anak laut.

Setelah cukup bersilaturahim sampai ke Wewit  saya mengatur jadwal pulang dengan  tiket penerbangan langsung.  Saya tinggalkan seluruh barang bawaan saya. Sepupu saya mengantar saya di bandara dan berbisik lirih : " Kakak Haji, kalau anak saya nanti lahir perempuan , boleh saya kasih kakak haji punya nama"?

Saya mengangguk tanda setuju,  tapi di pesawat Lion air yang menerbangkan saya dari Kupang ke Jakarta saya tersenyum senyum sendiri..  Oohh Bapa Lopaleng... Sekarang saya tahu kenapa adik saya bernama Ema Boleng. tentu saja dia tidak mau pakai nama itu dan menuliskannya  memakai nama Emma saja.   Boleng ? ah...itu khan dulu . sekarang sudah tidak lagi tuh.... ha ha ha .. biar nanti cucu saya saja yang pakai nama Tuan Tanah Lopaleng ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun