Dalam konteks ini, Pulungan menyoroti beberapa contoh proyek EBT yang telah sukses di Indonesia. Salah satunya adalah proyek energi surya yang diterapkan di beberapa daerah pedesaan, yang telah memberikan akses listrik bagi masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau oleh jaringan listrik nasional. "Kisah sukses ini menunjukkan bahwa dengan inovasi dan kolaborasi yang baik, kita dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam penyediaan energi bersih bagi masyarakat," tegasnya.
Salah satu contoh nyata dari perubahan ini dapat dilihat di sebuah desa terpencil di Kalimantan Tengah, di mana program energi surya yang dijalankan oleh pemerintah daerah telah membawa perubahan besar bagi masyarakat. Sebelumnya, warga desa tersebut hanya mengandalkan generator diesel yang mahal dan tidak ramah lingkungan. Namun, setelah panel surya dipasang, akses listrik menjadi lebih mudah dan biaya energi menjadi lebih terjangkau. Bagi Siti Marini, seorang ibu rumah tangga di desa itu, listrik dari panel surya telah meningkatkan kualitas hidup keluarganya. "Kini anak-anak saya bisa belajar di malam hari dan kami tidak perlu lagi khawatir tentang biaya listrik yang tinggi," katanya dengan penuh syukur.
Dari perspektif yang lebih luas, Irvan berpendapat bahwa transisi energi bersih harus dilakukan dengan cara yang inklusif dan berkelanjutan. "Kita tidak bisa mengabaikan masyarakat yang masih hidup dalam kegelapan. Akses terhadap energi bersih harus menjadi hak setiap orang, bukan hanya bagi mereka yang tinggal di kota besar," tegasnya.
Untuk memperkuat analisisnya, Irvan juga mencantumkan data dan fakta pendukung yang relevan. Misalnya, menurut data dari Kementerian ESDM, sekitar 1,2 juta penduduk di Indonesia masih hidup tanpa akses listrik. Selain itu, laporan menunjukkan bahwa hanya sekitar 3% dari total potensi EBT yang telah dimanfaatkan hingga tahun 2023. "Data ini menunjukkan bahwa kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk memberikan akses energi yang lebih baik bagi seluruh masyarakat," katanya.
Dalam pandangan Irvan Pulungan, masa depan energi Indonesia ada di tangan kita semua. Diperlukan komitmen dari semua pihak untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. "Kita perlu bergerak bersama, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat. Hanya dengan kerjasama kita bisa mencapai tujuan bersama dalam transisi energi bersih ini," ujarnya.
Kerja sama internasional melalui platform Just Energy Transition Partnership antara Pemerintah Indonesia dan IPG serta GFANZ dapat memfasilitasi komitmen keuangan yang signifikan terhadap transisi energi Indonesia. Irvan menegaskan bahwa kemitraan ini berfokus pada percepatan infrastruktur pengembangan energi terbarukan, dan menciptakan ekosistem melalui kerangka hukum dan dukungan keuangan untuk mencapai transisi yang adil dan mengejar pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bagi Indonesia.
Irvan menjelaskan, bahwa sebagai bagian dari inisiatif JETP di Asia Tenggara, telah bekerja secara aktif dalam memfasilitasi upaya menyediakan aspek pembiayaan transisi yang paling potensial di Indonesia dan Vietnam.
Irvan Pulungan mengakhiri wawancara ini dengan sebuah harapan. Ia ingin melihat Indonesia tidak hanya menjadi negara yang menggunakan energi bersih, tetapi juga menjadi pemimpin dalam pengembangan teknologi EBT di kawasan Asia Tenggara. "Masa depan energi Indonesia harus lebih cerah, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan. Dengan langkah bersama dan tekad yang kuat, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," kata Pulungan. Untuk itu perlu pendekatan yang terkoordinasi antara para pembuat kebijakan dan lembaga keuangan. Inilah tujuan utama Kemitraan Transisi Energi yang Adil, yang harus digunakan sebagai kerangka kerja untuk secara bersamaan mengejar pertumbuhan ekonomi, keamanan energi, dan keberlanjutan. Sehingga tercipta Stabilitas dan konsistensi kebijakan disektor transisi energi yang dapat mengakselerasi pemerataan infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga perlu memfasilitasi terciptanya pasar energi dan terbarukan yang transparan dan efisien. Irvan menegaskkan, bahwa pasar energi baru dan terbarukan berpotensi untuk menarik investasi yang signifikan, tetapi saat ini mengalami inefisiensi, akibat peraturan -- peraturan yang membuat investasi di infrastruktur ketenagalistrikan berbasis energi baru dan terbarukan tidak menarik bagi para investor.
Lebih lanjut, Irvan menekankan. Pentingnya upaya memperkuat arsitektur pembiayaan Kemitraan Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk mengakselerasi proyek transisi energi, KPBU dapat menjadi alat penting dalam mengatasi hambatan politik dan pasar terhadap transisi energi. Bentuk kemitraan ini dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemerintah dan sektor swasta, berbagi risiko dan manfaat dari investasi hijau. Indonesia perlu membangun kerangka kerja KPBU yang dapat menyediakan insentif ekonomi bagi para pihak yang terlibat dalam pembangunan infrasturkur ketenagalistrikan seperti keringanan pajak, jaminan pemerintah, dan atau pembiayaan konsesi untuk proyek energi baru dan terbarukan. Irvan menekankan kerangka kerja KPBU akan membantu mengurangi risiko proyek infrastruktur ketenagalistrikan besar sepert pembangkit Listrik bertenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan atau inisiatif modernisasi jaringan.
Dengan semangat yang ditunjukkan oleh Irvan Pulungan, Indonesia memiliki potensi besar untuk bertransformasi menjadi negara yang lebih berkelanjutan. Namun, untuk mewujudkan visi ini, dibutuhkan kerja keras dan kerjasama dari semua pihak. Transisi energi bersih bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi dengan tekad dan komitmen bersama, Indonesia dapat mengatasi tantangan dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang inklusif. Saatnya bagi kita untuk bergerak bersama, menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya