Cuma itu saja? Tentu saja tidak. Yakin kita tidak akan segera meninggalkan spot ini jika battery ponsel atau kamera dan memori dalam kondisi full. Ternyata ada banyak spot selvie yang menarik. Ini juga yang di gandrungi muda-mudi datang ke sini. Puas-puas-in ber-selvie ria, lalu sharing di medsos. Hasilnya....”wuiiiihhh....dimana ini...cakep banget”. Mendapat respon begitu pasti seneng dan makin semangat. Seneng bikin orang penasaran.
Ngga perlu ekstra nyali untuk foto-foto di Jembatan Pohon dan Rumah Pohon. Hanya butuh kehati-hati-an saat menapak tangga. Setelah di atas minta rekan yang di bawah untuk foto. Atau langsung saja selvie. Karena ada sinyal, segera upload atau sharing di medsos. Dan tunggu hasilnya....
Ah rasanya sich lebih cocok untuk yang muda-muda ya. Gimana tuk yang sudah menjelang tuer...? ya mengikuti perkembangan teknologi. Nyelvie ternyata bukan dominan untuk yang muda-muda saja. Kalau untuk foto-foto, sebagai kenangan tidak terlupakan, sayang banget kalau mikir usia. Artinya, yang tuer atau “jelang” tuer pun sah-sah bukan ber-selvie ria. Hanya saja mungkin posenya tidak perlu harus loncat. Nah yang satu ini butuh ekstra keberanian dan siap menghadapi risiko foto sambil loncat...hahaha....
Spot Andalan
Umumnya sebuah spot yang diminati pasti ada menjadi andalan. Termasuk di Pinus Pengger ini. Apa itu? Jika kita datang bersama pasangan, arahkan langkah ke Tangga Cinta. Disini spot mengabadikan kemesraan bersama pasangan dengan background hutan. Jika kita datang bersama ibu dan bapak, foto lah mereka dengan pose mesra di sini. Pasti akan menjadi kenangan romantis. Disinilah kreatif-nya warga pengelola setempat menciptakan spot foto romantis.
Barangkali di sini, setelah foto bersama pasangan, ingin menyatakan komitmen lebih dalam kepada pasangan. Tidak keliru tempatnya. Atau mungkin ingin memberikan kejutan dengan melingkarkan cincin manis di jari pasangan, oowww....romantic.
Jika kita datang saat senja, lagi-lagi jika cuaca cerah, keindahan suasana jingga matahari terbenam sudah di depan mata. Jangan beranjak dulu. Setelah matahari terbenam..wuiiihhh...indahnya kerlap-kerlip lampu kota Yogyakarta. Mirip untaian mutiara yang berkilau. Kalau saya yang tipikal melankolins pasti akan langsung terpesona.
Menikmat Yogya dalam suasana malam menjadi andalan yang di tawarkan pengelola. Memang di anjurkan datang sore sampai malam. Ah apa ngga ngeri jalan di tengah hutan malam-malam? Agar lebih pede, ngga parno, jangan ragu minta di antar pengelola. Minta di temani sampai puas foto-foto.