Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belajar dari Kasus Turis yang Digigit Komodo

7 Mei 2017   12:04 Diperbarui: 7 Mei 2017   12:58 2610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kejadian ini pasti bikin merinding. Jika tidak segera ditolong pasti si turis tadi akan “lewat” dengan proses menyakitkan. Bakteri racun yang bekerja dalam tubuhnya pasti akan menyiksa tubuhnya.

Pertanyaannya, “kog bisa ya? Maksudnya si turis tadi di gigit komodo?”. Ya bisa saja. Kasus digigit Komodo memang memungkinkan terjadi. Tapi faktanya masih bisa dihitung pake jari. Tapi sejauh ini jarang terjadi karena ada aturan yang diterapkan dan harus dipatuhi setiap pengunjung.

Masalahnya ya itu tadi. Pertama, saat kejadian si turis tidak didampingi ranger. Mungkin dianggap tidak perlu dan merasa aman-aman saja. Tokh hari sebelumnya sudah didampingi. Nah ini satu kesalahan.

Aturan di TNK semua turis harus didampingi ranger. Ranger yang berpengalaman, paham betul watak dan karakter Komodo. Ranger nomor satu akan bertindak jika tiba-tiba menghadapi perilaku agresif komodo. Ia tahu dan paham bagaimana harus bertindak. Intinya, ranger bertanggungjawab jangan ada “kejadian”.

Karena aktivitas si turis tadi termasuk Ilegal, maka konsekuensi biaya pengobatan ya ditanggung sendiri. Tidak memiliki tiket masuk resmi otomatis proses administrasi dan pengobatan menjadi tanggung jawab si turis.

Kesalahan kedua, si turis tadi tidaklah waspada saat kejadian. Sebagai fotografer yang sama-sama menyukai outdoor (landscape), saya paham betul bagaimana excited-nya seorang fotografer jika mendapat obyek yang disukainya. Itu juga terjadi pada diri saya saat menemukan obyek foto menarik yang saya suka, tidak hanya di TNK.

Jika si turis tadi Cuma hobi, mendapat obyek saat komodo dengan liar menyantap santapannya, merupakan obyek eksklusif. Pasti hasilnya akan mendapat apresiasi sesama rekan fotografer dan publik. Jika ia fotografer profesional, yang biasa menjual hasil fotonya, sudah terbayang sekian dollar masuk ke kantongnya.

Dokumen pribadi. Ranger memberikan penjalanan detail kepada pengunjung Pulau Rinca
Dokumen pribadi. Ranger memberikan penjalanan detail kepada pengunjung Pulau Rinca
Nafsu, semangat, berburu foto, adalah wajar. Saking nafsunya ia fokus mengarahkan lensa ke obyeknya. Sangat pasti tidak Cuma sekali shoot. Berkali-kali. Pastinya juga tidak Cuma diam di satu sudut pengambilan. Pasti berpindah-pindah posisi demi mendapatkan foto yang bernilai tadi.

Akibatnya ia kurang waspada jarak aman dengan komodo. Ia juga kurang waspada dengan kehadiran komodo lain yang mendekat ke arahnya. Salah satu yang bikin Komodo agresif jika yang dilihatnya banyak pergerakan.

Dua kali saya trekking di pulau Rinca. Yang terakhir mengalami kejadian yang sempat bikin jantung berdegup kencang. Didampingi seorang ranger, di salah satu spot trekking tiba-tiba sang ranger minta kami menghentikan langkahnya. Benar saja. Berjarak kurang lebih 10 meter, dari semak-semak, seekor komodo yang panjangnya sekitar 3 meter, mengendus dan berjalan pelan ke arah kami.

Dokumen pribadi. Berjumpa dan berada dekat dengan se-ekor komodo di Pulau Rinca
Dokumen pribadi. Berjumpa dan berada dekat dengan se-ekor komodo di Pulau Rinca
Segera kami diminta diam. Mata dan perhatian sang ranger terus pergerakan si komodo. Saya sempat ambil foto tapi langsung disuruh diam jangan bikin pergerakan oleh si ranger. Setiap pergerakan adalah daya tarik bagi si komodo.“nanti begitu ada aba-aba, langsung menyingkir dan lari ya”, kata si ranger pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun