Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jiwa Kesederhanaan (yang Langka) Bisnis Anak Presiden di Pasta Buntel

26 Februari 2017   21:47 Diperbarui: 26 Februari 2017   22:05 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi. Menu pilihanku Ket foto. Favoritku. Nasi goreng Sambal Padang, yang penyajiannya di bungkus daun pisang. Rasanya pasti beda dari nasi goreng

Lebih dari itu kehadiran Gibran menambah semangat untuk ber-kreasi, meramu bahan lokal dengan bahan lain, sehingga menjadi seperti yang sekarang ada. Berkreasi, ber-eksperimen, menciptakan menu yang terbaik terus dilakukan. Bisa jadi menu yang tersaji sekarang ini nanti akan bertambah atau berubah.

Obrolan santai makin terasa nikmat saat menyebut pribadi mas Gibran. Seperti apa sich mas Gibran itu? Nkhan?

Ooo…beda sekali mas. Jangan membayangkan seperti anak-anak pejabat dulu ya. Seperti yang lain-lainnya aja. Orangnya santai. Jauh dari kesan formal. Kalau belum kenal kita tidak akan menyangka kalau dia anak presiden. Ngga jarang dia datang Cuma naik motor doing. Hujan-hujanan pake mantel. Malah saya pernah di ajak naik angkot, ke pasar, untuk lihat-lihat bahan baku untuk menu ini.

Oya…naik Angkot? Wooowww…..surprise.

Meski kemana-mana layak di kawal, mas Gibran ngga suka pengawalan yang mencolok. Ngga jarang kalau dia datang berbaur dengan pengunjung lain. Supaya pengunjung ngga risih, pengawalnya di suruh menjauh atau nunggu di luar.

Meski sebagai pemilik tidak jarang dia turun langsung ke dapur. Gayanya di dapur pun santai. Tidak main perintah atau main tunjuk sana sini ke pegawainya. Padahal kalau dia mau main perintah ya bisa aja. Wajar. Sebagai anak pejabat siapa sich yang berani. Tapi benar, dia ngga seperti itu. Langsung terlibat, ikut masak. Ikut eksperimen. Ikut cicip-i. Ya pokoknya asyik dech kalau ada dia.

Mengakhiri obrolan santai, batin ini terasa merinding. Sudah tertancap erat di benak diri bayangan anak pejabat itu seperti apa. Eksklusif, tampilan “wah”. Namun melihat Markobar, sekarang Warung Pasta Buntel terasa beda.

KE-SEDERHANA-AN. Menjadi suatu yang “aneh” saat menjadi pilihan. Kesederhanaan bisa di artikan sikap yang tidak berlebihan, apa adanya. Penampilan di luar kesederhanaan bisanya di tunjukan dengan apa yang melekatdi tubuh.Tidak perlu mewah. Beda sekali dengan pencinta gaya hidup eksklusif. Pakaian, jam tangan, gadget, ber-merk terkenal yang harganya wah. Kendaraan yang di gunakan untuk mobile, bukan sembarangan. Tentu hanya kalangan yang setara yang berani bersamanya. Bagaimana dengan mereka yang hidupnya pas-pas-an, pasti merasa takut.

Mungkin bagi mas Gibran, yang sudah terbiasa ber-gaya hidup sederhana dan merakyat, bukanlah suatu yang harus di heran-kan lagi. Namun saya yang melihat bukan lah hal yang biasa. Di saat akses menuju kelas yang lebih eksklusif dan elit-is terbuka lebar untuk di langkahi, namun jika memilih sebaliknya bukannya bukan kah suatu ke-langka-an. Menyadari kalangan kelas menengah bawah masih lebih dominan ketimbang kelas eksklusif, maka sikapnya menjadi keteladanan.

Obrolan mengasyikan harus segera saya akhir-I, meski kepingin lebih lama lagi. Rasa letih di khawatirkan membuat obrolan tidak nyambung. Suatu harapan akan ke sini lagi jika singgah ke Solo. Sambil meninggalkan tempat ini sambil berpikir, apakah ada anak pejabat yang bersedia meniru mas Gibran? Semoga…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun