“transportasi”untuk menyebrang di buat manual oleh penduduk setempat. Bukan sarana dan fasilitas pemerintah lho. Niat banget buatnya, karena ada kebutuhan memancing lobster yang memiliki nilai komersial tinggi bagi warga setempat.
Peluang bisnis besar ini dimanfaatkan tidak lepas dari kondisi alam setempat. Cenderung tandus curah hujan termasuk minim. Untuk bertani tidak menentu. Maka harapan agar dapur tetap ngebul salah satunya mencari lebster, yang ternyata banyak di pulau Timang.
Kereta gantung yang sangat sederhana dan seadanya, agar dapat meangkut satu atau maksimal 2 penumpang, di buat tempat duduk dari kayu. Kemudian di rentangkan tali plastik. sebanyak 10 berdiameter sekitar 2 senti antara pinggir pantai dan Pulau Timang. Jaraknya sekitar 100 meter. Penggunaan tali plastik barangkali bisa diperdebatkan kekuatannya jika digunakan kawat baja. Namun tetap di rasa aman terhindar korosi air laut ketimbang yang terbuat dari logam.
Tetap tidak bisa bisa berfungsi jika tidak ada alat putaran mirip roda sepeda di kereta gantung. Setelah orang yang akan nyebrang duduk “tenang” di dalam gondola, 4 atau 5 orang menarik tali yang bergerak mengantar Gondola. Di seberang sana, di pulau Timang, juga sudah ada yang standby yang menarik mengikuti pergerakan penarik di tebing. Total butuh 5 sampai 7 tenaga orang dewasa untuk menggerakan secara manual kereta gantung tersebut.
Belum menggunakan mesin untuk menggerakan sebagai pengganti tenaga manusia. Informasinya penggunakan mesin juga rawan kerusakan karena korosif air laut. Selain itu pengadaan mesin penarik kereta gantung butuh modal besar. Saweran antar warga belum memungkinkan. Mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat, pastinya ada harapan itu. Hanya saja kapan bisa ter-realisi? Pasti pejabat setempat punya pertimbangan dan kalkulasi sendiri lebih merealisasikan.
Pembuatan Kereta Gantung
Tiba-tiba muncul rasa penasaran dan ingin tahu, bagaimana awalnya kereta gantung ini di buat. Pertanyaan yang wajar dong.
Membuatnya secara gotong royong sebagai corak khas masyarakat desa pada umumnya. Menunggu waktu air laut surut, ombak tenang, 3 orang warga berenang menyeberang menuju Pulau Timang.Menggunakan pelampung sudah pasti meski umumnya sudah mahir renang.
Ombak besar begini apa memungkinkan untuk renang nyebrang? Ooo…tetap bisa. Dalam setahun ada waktu ombak tenang dan arus permukaan lemah. Untuk ber-jaga-jaga agar tidak hanyut terbawa ombak, ada warga lain yang mengawasi dan siap menolong jika kemungkinan buruk itu terjadi.