Informasi ke beberapa teman tentang rencana saya ke Ambon akhirnya tersebar juga. Padahal, sengaja sudah saya tutup rapat. Entah siapa di antara kami berempat yang sama-sama ke sana membobolkan “rahasia” rencana ini. Bukan kenapa-napa sich. Sebenarnya hanya trip biasa. Cuma ada satu yang saya khawatirkan. Apa itu? Jika ada yang minta oleh-oleh-in bumbu rujak natsepa.
Ops... kirain apa, Ah kirain oleh-oleh minyak kayu putih yang terkenal gitu dari sana. Eee, ternyata “cuma” rujak. Ah, lebay nich. Haiya, meski yang dipersoalkan bumbu rujak, jangan dianggap sepele lho. Bawa satu ini jauh-jauh dari sana ngga jamin bakalan utuh sampai ke tangan yang minta. Lho kok? Karena pasti sudah dihabiskan yang bawa. Wuaaaa... sadeeeeesss…… hahaha.
Istimewanya di mana?
Panganan ini lebih dari sekadar “cuma”. Bahkan, terasa sangat istimewa. Lidah saya ngga fanatik banget sama rujak. Beli di kantor cuma sesekali. Tapi begitu merasakan rujak natsepa... wuaaaa edan banget rasanya. Makanya ngga heran, baik penggemar fanatik rujak atau biasa saja, selalu merekomendasikan “nikmati rujak satu ini” untuk siapa saja yang pertama kali ke Ambon. Termasuk saya waktu pertama kali ke Ambon dapat pesan begitu. “Cobain rujak natsepa. Ngga nyesel,” kata sahabatku.
Pertama-tama, untuk merasakan keistimewaan, berangkatlah menuju Pantai Natsepa. Lho kok ke pantai sich? Iya. Natsepa memang nama pantai yang terkenal di Maluku. Jaraknya sekitar 20 kilo dari Kota Ambon. Mudah diakses. Memilih menggunakan angkutan umum cukup mencari angkutan menuju Desa Suli lalu turun di Pantai Natsepa. Rujak Natsepa adanya di pinggir Pantai Natsepa. Di luar komplek pantai berjejer warung-warung yang menyediakan rujak super nikmat ini.
Yang istimewa justru bumbunya. Menurut Mama Fran, salah satu penjual rujak natsepa, campuran kacang dan gula jawa yang bikin orang suka. Gula jawa di sini agak beda dengan gula jawa di Pulau Jawa. Mama Fran bilang gula ini memang mirip gula jawa di Pulau Jawa, cuma bentuknya tidak bulat, tidak lonjong, melainkan kotak. Asalnya dari Makassar. Jadi lebih tepat disebut “gula makassar”.
Racikan lain adalah bumbu kacang hasil olahan bersama kulitnya. Di panggang sampai kering. Ada tambahan bumbu atau racikan lain agar lebih lezat. Racikan ini menjadi keistimewaan masing-masing penjual. Tidak mudah mendapat jawaban detail isi racikan dan bagaimana prosesnya. “Supaya ngga ditiru,” kata salah satu penjual.
Kacang, cabe, gula jawa, asam, sedikit bawang putih, air, dicampur di cobekan lalu diulek. Pengulekan pun ada tekniknya. Tidak lebih dari sepuluh kali ulekan. Hasilnya memang sengaja dibuat tidak halus. Buah-buah tadi dicampur di cobekan, diaduk bersama bumbunya. Hhhhmmm....
Perihal harga, ya sangat terjangkau, Rp10 ribu saja per piring. Bagi saya tidaklah mahal, bahkan cenderung murah. Masih tidak sebanding dengan rasanya yang khas dan super nikmat. Harusnya rujak senikmat begini dihargai lebih misalnya Rp15 ribu.
Santap sore-sore sambil mata memandang Pantai Natsepa, apalagi jika cuaca cerah bisa menikmati matahari terbenam. Kenikmatan traveling semakin lengkap. Komplet sudah kenikmatan rujak natsepa.
Dua kali saya traveling ke Ambon, dua kali juga ke sini. Jika ada kesempatan yang ketiga kalinya ke Ambon, pasti ketiga kalinya nikmati rujak natsepa. Memang ini rujaknya orang Ambon karena adanya di Ambon, tapi boleh dong aku yang ber-KTP Jakarta menjadi fan berat rujak natsepa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H