Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Rujak Natsepa, Oleh-oleh Favorit dari Ambon

20 Januari 2017   12:17 Diperbarui: 20 Januari 2017   21:43 3182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Informasi ke beberapa teman tentang rencana saya ke Ambon akhirnya tersebar juga. Padahal, sengaja sudah saya tutup rapat. Entah siapa di antara kami berempat yang sama-sama ke sana membobolkan “rahasia” rencana ini. Bukan kenapa-napa sich. Sebenarnya hanya trip biasa. Cuma ada satu yang saya khawatirkan. Apa itu? Jika ada yang minta oleh-oleh-in bumbu rujak natsepa.

Ops... kirain apa, Ah kirain oleh-oleh minyak kayu putih yang terkenal gitu dari sana. Eee, ternyata “cuma” rujak. Ah, lebay nich. Haiya, meski yang dipersoalkan bumbu rujak, jangan dianggap sepele lho. Bawa satu ini jauh-jauh dari sana ngga jamin bakalan utuh sampai ke tangan yang minta. Lho kok? Karena pasti sudah dihabiskan yang bawa. Wuaaaa... sadeeeeesss…… hahaha.

Istimewanya di mana?

Panganan ini lebih dari sekadar “cuma”. Bahkan, terasa sangat istimewa. Lidah saya ngga fanatik banget sama rujak. Beli di kantor cuma sesekali. Tapi begitu merasakan rujak natsepa... wuaaaa edan banget rasanya. Makanya ngga heran, baik penggemar fanatik rujak atau biasa saja, selalu merekomendasikan “nikmati rujak satu ini” untuk siapa saja yang pertama kali ke Ambon. Termasuk saya waktu pertama kali ke Ambon dapat pesan begitu. “Cobain rujak natsepa. Ngga nyesel,” kata sahabatku.

Pertama-tama, untuk merasakan keistimewaan, berangkatlah menuju Pantai Natsepa. Lho kok ke pantai sich? Iya. Natsepa memang nama pantai yang terkenal di Maluku. Jaraknya sekitar 20 kilo dari Kota Ambon. Mudah diakses. Memilih menggunakan angkutan umum cukup mencari angkutan menuju Desa Suli lalu turun di Pantai Natsepa. Rujak Natsepa adanya di pinggir Pantai Natsepa. Di luar komplek pantai berjejer warung-warung yang menyediakan rujak super nikmat ini.

Berjejer Warung-warung rujak natsepa di pinggir Pantai Natsepa.
Berjejer Warung-warung rujak natsepa di pinggir Pantai Natsepa.
Menilik rujaknya, sepintas tidak beda dengan rujak yang lain. Ada ragam buah yang dicampur bumbu. Penyajian bisa dicampur, bisa juga dipisah sesuai selera. Rujak pun bisa diserut atau potong kecil-kecil, sesuai selera. Menu buah untuk rujak natsepa nyaris sama. Ada mangga mengkel, jambu air, nanas, kedongdong, pepaya, ketimun, dan bangkuang.

Yang istimewa justru bumbunya. Menurut Mama Fran, salah satu penjual rujak natsepa, campuran kacang dan gula jawa yang bikin orang suka. Gula jawa di sini agak beda dengan gula jawa di Pulau Jawa. Mama Fran bilang gula ini memang mirip gula jawa di Pulau Jawa, cuma bentuknya tidak bulat, tidak lonjong, melainkan kotak. Asalnya dari Makassar. Jadi lebih tepat disebut “gula makassar”.

bentuk gula
bentuk gula
Menilik gulanya, ternyata masing-masing penjual menggunakan gula yang beda, terutama asalnya. Ada yang dibuat atau diracik sendiri, ada yang cukup beli di Ambon, ada yang biasa dikirim dari Makassar. Secara umum, rasanya hampir sama. Butuh kepekaan lidah untuk membedakan rasa yang khas.

Racikan lain adalah bumbu kacang hasil olahan bersama kulitnya. Di panggang sampai kering. Ada tambahan bumbu atau racikan lain agar lebih lezat. Racikan ini menjadi keistimewaan masing-masing penjual. Tidak mudah mendapat jawaban detail isi racikan dan bagaimana prosesnya. “Supaya ngga ditiru,” kata salah satu penjual.

Kacang, cabe, gula jawa, asam, sedikit bawang putih, air, dicampur di cobekan lalu diulek. Pengulekan pun ada tekniknya. Tidak lebih dari sepuluh kali ulekan. Hasilnya memang sengaja dibuat tidak halus. Buah-buah tadi dicampur di cobekan, diaduk bersama bumbunya. Hhhhmmm....

Bumbu rujak sedang diulek. Maksimal 10 gerakan saja saat pengulekan.
Bumbu rujak sedang diulek. Maksimal 10 gerakan saja saat pengulekan.
Setelah merasakan, di lidah memang terasa istimewa. Salah satu yang saya rasakan adalah kekentalan. Kebetulan lidah saya akrab dengan taste pedas, manis, dan asem. Dengan kental begini terasa sekali pedas dan manisnya. Jadilah klop dan cocok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun