Mohon tunggu...
Adolf Tacoh
Adolf Tacoh Mohon Tunggu... Hipnoterapis -

Hipnoterapis lulusan Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology. Sertifikasi hipnoterapi melalui pendidikan 100 jam sesuai standar American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA. Bersertifikat praktik hipnoterapi dan trainer teknologi pikiran, dari lembaga yang sama. Aktif mendalami hipnoterapi berbasis teknologi pikiran untuk membantu kualitas hidup manusia pada aspek mental, emosi, dan spiritual. Aktif menulis artikel di blog pribadi www.kasyara.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru dan Buruh Berburu Guruh

2 Mei 2017   02:41 Diperbarui: 2 Mei 2017   03:44 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru adalah buruh, yang mengajar banyak orang bahkan untuk menjadi buruh.

Buruh adalah guru, guru kehidupan yang mengajar banyak buruh termasuk para guru.

Riuh rendah bak guruh gemuruh, rutin terjadi di hari buruh satu mei setiap tahun.

Ucapan selamat berkumandang di hari pendidikan dua mei, hari pendidikan para buruh oleh guru.

Pendidikan di Indonesia, rupanya baru mampu menciptakan ratusan buruh setiap tahunnya. Apapun kurikulumnya, kenyataan setiap tahun adalah parade demo ketidak puasan dari kalangan buruh. Apa yang salah dengan sistem pendidikan kita? Sepertinya baik-baik saja, karena setiap awal tahun ajaran baru, orangtua berbondong-bondong menyekolahkan anaknya. Sekaligus setiap tahun berduyun-duyun mereka yang selesai bersekolah, masuk dalam jajaran buruh baru. Sekian lama kerja, baru menyadari kenyataan bahwa kebutuhan hidup lebih besar ketimbang upah buruh yang diperoleh.

Apapun yang telah diajarkan guru, atau apapun kurikulum yang dicanangkan pemerintah, keluaran sekolah secara umum, tidak tahu berbisnis;  Selama ini, pemahaman yang ada adalah sekolah setinggi-tingginya untuk mendapatkan ijazah dengan angka-angka bagus, agar mudah mendapatkan pekerjaan. Alhasil, banyak lulusan sarjana tertampung hanya untuk kualifikasi SLTA sederajat, demikian juga yang setara SLTA harus rela mengambil posisi kualifikasi SLTP sederajat. Di sisi lain, sumber daya alam yang berlimpah, tak mampu dikelola oleh sebagian besar anak bangsa, karena ketidak berdayaan.

Pada prakteknya, di saat kita lepas bangku sekolah, hanya segelintir orang yang bisa mandiri untuk tidak menjadi buruh. Itupun karena mewarisi  usaha rintisan orangtua, atau memang sudah bertekat untuk tidak menjadi buruh. Ambil contoh para sarjana profesi, mereka enggan atau tidak mampu untuk berupaya menurut profesi keilmuan mereka. Banyak alasan diantaranya ketiadaan modal atau ketidakmampuan menciptakan peluang diantara ketatnya persaingan. Yang paling mudah adalah mencari pekerjaan bukan menciptakan pekerjaan..

Kalau sekolah mengajarkan bisnis, kalau guru-guru dibekali ilmu pengetahuan bisnis, kalau pemerintah menjembatani dengan kurikulum bisnis, dan makanya keluaran sekolah merupakan calon pebisnis tangguh, maka akan membesarkan peluang mandiri, paling tidak menjadi buruh untuk diri sendiri. Sehingga setiap tanggal 1 mei, hari buruh diperingati dengan riang gembira, dan pada tanggal 2 mei, para buruh mandiri bisa  bersama adik-adiknya dan bersama guru-gurunya, merayakan hari pendidikan. Bersama-sama mereka saling membagi pengalaman, yang pada akhirnya tercipta lagi calon buruh mandiri.

Guru dan buruh selamat hari buruh, selamat hari pendidikan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun