Mohon tunggu...
Adolf Roben
Adolf Roben Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja kantoran

Pemuda paruh baya pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kimi Hime, Kominfo, dan Akar Masalahnya yang Malah Tak Tersentuh

19 Agustus 2019   00:06 Diperbarui: 19 Agustus 2019   08:06 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, setelah rating diperketat, akses ke konten dewasa juga perlu diperketat. Caranya? Lha registrasi kartu simcard kemarin buat apa? Mbok ya itu datanya dipakai! Kominfo bisa bekerjasama dengan Operator Seluler di Indonesia untuk menerapkan pembatasan akses tersebut. 

Ada cara lain yang bisa lebih akurat sebenarnya selain menggunakan data registrasi simcard yaitu menggunakan sidik jari yang telah terintegrasi datanya dengan E-KTP, akan tetapi sepertinya hal itu masih harus menunggu mayoritas orang Indonesia mengggunakan smartphone ber-finger print.

Ketiga, yang juga sangat penting adalah memberi edukasi kepada orang tua mengenai dampak negatif smartphone terhadap perkembangan anak. Seandainya para orang tua di Indonesia bisa lebih sadar tentang hal ini, masak ya mereka tega membiarkan anaknya terpapar pengaruh buruk smartphone.

Mungkin ga semua orang tua bisa gampang diberi edukasi, seperti beberapa teman saya yang luar biasa ndableg-nya. Untuk yang susah diedukasi, adalah tugas pemerintah untuk memberikan sarana edukasi yang lebih efektif. 

Mungkin salah satu caranya adalah membuat iklan layanan masyarakat yang nggak "biasa aja" seperti yang sudah sering kita lihat. Mungkin bisa dicoba seperti iklan-iklan produksi Thailand. Iklan dengan story telling yang menarik, lucu sekaligus mengharukan dengan pesan moral di dalamnya adalah iklan layanan masyarakat yang kita butuhkan.

Saya membayangkan ketika teman saya sedang duduk santai menonton televisi dan muncul iklan layanan masyarakat tentang bahayanya smartphone, alih-alih menonton tanpa ekspresi teman saya tiba-tiba tertawa, sebentar kemudian matanya berkaca-kaca, lalu tampak berpikir. Kemudian teman saya berdiri dari kursinya, menghampiri anaknya lalu berkata, "nak, mulai sekarang akses internetmu Papa batasi ya! Biar papa bisa memastikan kamu belajar yang baik-baik aja.".

Seandainya yang terjadi seperti itu, kita ga butuh banyak aturan yang memaksa lagi bukan? Kesadaran itu sendiri adalah peraturan terbaik di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun