Mohon tunggu...
Adolf Roben
Adolf Roben Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja kantoran

Pemuda paruh baya pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vanessa Angel dan Impian Birahi Kita

10 Februari 2019   23:29 Diperbarui: 10 Februari 2019   23:34 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terkejut ketika mengetahui salah satu artis FTV cantik dan seksi, Vanessa Angel terlibat kasus prostitusi artis. Lebih terheran-heran lagi ketika disebutkan di salah satu pemberitaan bahwa tarif beliau sekali kencan mencapai 80 juta rupiah.

Saya seketika mengintip saldo rekening tabungan setelah bekerja bertahun-tahun yang cuma cukup untuk menyewa beliau seperempat kencan saja.

Sebuah tindakan reflek itu yang kemudian membuat saya "nyebut" berkali-kali, "Duh pangapunten Gusti Allah, manusia itu kalau soal birahi memang banyak khilafnya".

Tapi memang itu yang otomatis dipikirkan sebagian besar kita namanya juga laki-laki kan? Ada teman saya yang awalnya mengutuk tindakan Vanessa sebagai sebuah tanda kemerosotan moral dan kebobrokan gaya hidup hedon, di suatu siang dengan semangat berkata "Mas, udah ada video bugilnya Vanessa lho!". Saya langsung terjebak dilema antara pengen nabok mulutnya pakai sendal, atau minta link videonya.

Perilaku saya dan teman saya seperti meng-iyakan kata mendiang Don Marquis, seorang wartawan dan penulis dari Amerika Serikat: "Orang yang munafik itu adalah orang yang.. hey, siapa sih yang tidak munafik?"

Mengetahui kemunafikan kita, media massa dengan cerdiknya menyediakan berita-berita yang memenuhi impian birahi kita. Berminggu-minggu halaman media dipenuhi dengan berbagai judul yang memancing, mulai dari inisial para artis cantik yang dicurigai sebagai pelaku prostitusi dan tarifnya, siapa saja pelanggan mereka, reaksi keluarga pelaku prostusi, reaksi pacar mereka, bahkan berita terakhir yang saya baca membahas juga bahwa sang mucikari sempat dilayani oleh artis pelaku prostitusi.

Salahkah media memberitakan itu?

Saya kira tidak salah juga, toh kita lahap juga kan beritanya! Hanya saja melihat media massa sebagai pihak yang mampu mempengaruhi opini publik, saya kira kok kurang tepat ya mengarahkan fokus masyarakat dengan tema-tema yang mengundang birahi seperti itu.

Pelacur itu berdosa tentu saja, dalam kacamata agama yanng ada di Indonesia. Tapi sampai sejauh mana sih kita mau membahas seorang pelacur dan kehidupannya? Mereka ada banyak sekali di negeri ini, dan Vanessa Angel jika terbukti melakukannya, maka beliau pun hanya salah satunya. Kalaupun ada yang membuat beliau spesial dan berbeda, itu hanya karena beliau artis cantik dan seksi.

"Tetap saja pelacur itu hina! Dosa besar!", kata salah seorang teman saya.

Ya, perbuatan nya sebagai pelacur itu hina dan berdosa. Lalu kita suci? Lalu kita jadi berhak merendahkan sisi manusianya? Lalu kita jadi berhak meng-ghibah soal keluarganya, pacarnya, teman-temannya, dan hidup sehari-harinya? Kita bukan Tuhan, kita manusia juga yang punya dosa-dosa lain yang juga hina. Mohon maaf, sekedar mengingatkan.

Dalam sebuah obrolan malam di kedai kopi di pojokan Denpasar, saya meminta pendapat kepada beberapa orang teman yang saya anggap lebih alim dan berhati baik, apa yang seharusnya dilakukan orang terhadap kasus Vanessa Angel terkait dugaan prostitusi artis:

1. Menahan birahi

"Nyebut mas. Jangan sange! Nafsu terhadap wanita cantik yang di dekat kita itu sudah salah mas, apalagi terhadap wanita yang jauh dan tidak terjangkau oleh kita. Itu salah dan sia-sia.", kata Halis teman saya dari Jakarta.

2. Menyerahkan Tabungan pada Istri

"Belajar dari kejadian itu mas, kita harus sadar bahwasanya laki-laki itu lemah terhadap godaan wanita. Uang itu kalah dengan godaan daging. Sebaiknya istri yang megang uang, biar kita ga bisa macam-macam.", kata Rifky teman saya yang sebenarnya memang dari dulu sudah dipegang kartu ATM nya oleh istrinya. Berkali-kali protes pada istrinya dan gagal total, akhirnya Rifky pun mengambil hikmahnya saja untuk hidup hemat.

3. Mendoakan

"Setiap orang bisa salah. Vanessa bisa salah, kita juga, meskipun saya yakin kalau kita jual diri nggak sampai 80 juta sih lakunya. Tapi terhadap orang yang sedang khilaf lalu ditimpa masalah karena perbuatannya, menangis menyesal dan malu, kita harus mendoakan supaya dia benar-benar sadar dan berbalik ke jalan yang benar.

Lebih baik jika bisa menyampaikan nasehat langsung, tapi kalau tidak maka cukup berdoa saja. Tidak perlu sampai menulis panjang lebar di kolom komentar berita online, toh orangnya juga tidak baca kan?", kata Dirga teman saya pecinta kisah-kisah Nabi.

4. Jangan Terus Menghakimi

"Dia sudah cukup menderita Mas. Aku sempat lihat di TV, Vanessa cerita di sebuah acara talkshow kalau seakan-akan hidupnya sudah berakhir. Saat ini semua orang menghujatnya, melihatnya dengan tatapan sangat hina, seperti melihat pelacur yang bisa disetubuhi setiap orang.

Ada tertulis di kitab suci agamaku Mas, seorang pelacur dihadapkan pada Nabi untuk diputuskan hukumannya. Saat itu hukuman bagi pezinah adalah dirajam sampai mati. Wanita itu terduduk pasrah, dengan dikelilingi masyarakat yang siap merajamnya sampai mati.

Nabi berkata supaya siapa diantara para penuntut yang tidak mempunyai dosa, lebih dulu melemparkan batu pada wanita itu. Mereka pun bubar karena sadar bahwa mereka pun pendosa, sampai akhirnya yang tersisa disitu hanya si wanita pezinah dan Nabi.

Nabi berkata pada wanita itu, "pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi."

Itu yang sebenarnya ingin aku lihat di negara kita mas, kesadaran untuk berbelas kasihan pada orang yang sudah tidak berdaya. Kesadaran untuk tidak menginjak-injak orang yang sudah jatuh. Kasihan.", kata Dio yang paling tua diantara kami.

Seperti kata pepatah, semakin menua orang akan semakin berisi. Saya pribadi paling suka jawaban terakhir ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun