Akhir-akhir ini suasana di beranda facebook saya gerah sekali, seakan kompak dengan kondisi cuaca. Beberapa minggu ini di Makassar sebelum hujan datang, panasnya ga nahan. Kalau panas udara gampang solusinya, tinggal buka baju lalu nongkrong seksi di depan pintu rumah, langsung sejuk dan menggoda. Kalau panasnya datang dari hati?
Susah. Sisa bara akibat diputusin aja masih bisa memanggang hati, setelah bertahun-tahun lamanya.
Mungkin sampai pilkada berakhir saya harus off dulu dari facebook, untukmenghindari kebencian yang bertaburan di laman sosial media. Pilihan yang berat, itu artinya saya tidak bisa khilaf meng-klik sebuah akun, lalu menyadari kalau seseorang memang lebih indah kalau sudah bukan milik kita lagi. Hinasekali, tapi ya gimana? Seperti bujang-bujang lainnya, hal seperti itu tak terhindarkan.
Sudahlah.
Mungkin solusinya memang adalah dengan hidup lebih banyak di dunia nyata. Dengan lebih sering nongkrong di depan rumah dengan tetangga untuk ngobrolin yang sejuk-sejuk, biar lebih adem suasana. Tinggalkan dulu dunia maya yang membuat panas hati itu. Lupakan sejenak stalking mantan, toh dia mungkin sudah punya gebetan baru.
“Dunia nggak sepanas yang diomongin di medsos kok.”, kata teman saya.
Dan benar, di dunia nyata hubungan saya yang non muslim dan teman-teman muslim baik-baik saja. Kami masih ngobrol bareng, becanda bareng, makan bareng. Kondisi pekerjaan saya di kantor juga baik –baik saja. Bahkan pasangan kekasih berbeda agama di kantor saya, masih saling mencintai meski tahu mereka tak bisa bersatu.
Semua masih baik-baik saja di dunia nyata. Hanya di medsos saja saya temukan berbagai nada kebencian seperti “tolak kafir. Jangan pakai teknologi kafir.Jangan pakai produk kafir”. Lhah, kan elu nulisnya di facebook?!
Entahlah, mungkin yang ribut di medsos hanya lupa, kalau peradaban kita sekarang dibuat oleh kerja keras semua agama.
Contohnya dalam bidang pengobatan kita mengenal karangan Dioscerides, “DeMateria Medica” dari Yunani pada 78 SM. Juga Hippocrates dan Galen yang hidup pada abad dewa Olimpus dipuja. Lalu dari jazirah Arab kita tahu ada Ibnu Sina dengan “Canon of Medicine” yang sampai saat ini masih menjadi referensi di berbagai universitas Islam dan Eropa. Di Inggris ada Alexander Fleming yang menemukan penicilin. Di Cina ada berbagai master tumbuhan herbal. Ayurveda dari India. Bahkan jamu dari Indonesia kuno. Dan masih banyak lagi. Mereka membentuk dunia pengobatan saat ini.
Tapi sampai ribuan tahun belum ada yang menemukan obat racikan untukpatah hati