Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ketika Berhadapan dengan Nasabah Tipikal Gaya Elit Ekonomi Sulit

9 Juli 2024   17:34 Diperbarui: 10 Juli 2024   01:27 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan bagi orang lain yang tak terlalu mengenal dekat, mungkin saja berpikir orang tersebut dari tampilan luar berasal dari skala ekonomi menengah ke atas. Banyak uang, pekerjaan mentereng atau anak orkay (orang kaya). 

Tapi bagi yang tau dia seperti apa, tinggal di mana, profesi apa, gaji berapa dan merasa gaya hidup dan gengsinya ketinggian, akan menyindir dengan ucapan: Dia itu BIMAS (Biar Miskin Asal Stail). 

Di awal 2000an zaman kuliah, belum terdengar istilah GAEES (Gaya Elit Ekonomi Sulit). Ungkapan BIMAS pun perlahan sudah tak terdengar lagi. 

Namun kecenderungan untuk punya gaya hidup atau status sosial yang lebih tinggi dari kemampuan finansial yang dimiliki masih teramati pada tak sedikit masyarakat.

Apalagi didukung perbankan dan perusahaan pembiayaan di awal 2000 an yang tumbuh pesat usai pulih dari krisis moneter 1997/1998. Kian banyak lembaga keuangan menawarkan kredit ke masyarakat.

Alhasil keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau menaikkan gengsi diri, dapat terakomodasi dengan melimpahnya penawaran kredit. 

Ditambah bumbu marketing pembiayaan menjual produk pinjaman dengan slogan seperti Pakai Dulu Cicil Kemudian atau Ngapain Nunggu Kalau Sekarang Bisa, kian memuaskan dahaga masyarakat tuk berhutang.

gambar diambil dari pinterest.com
gambar diambil dari pinterest.com

Bagaimana berhadapan dengan tipikal nasabah gaya elit ekonomi sulit? 

Lembaga kredit seperti perbankan, multifinance, koperasi, dan lainnya bertujuan menyalurkan kredit ke masyarakat dengan imbalan profit dari bunga kredit. Padahal sejatinya profit itu tidak pasti.

Iya kalau lancar, kalau nunggak lalu macet kan rugi hanya bakar uang. Untuk itu semua lembaga kredit punya analis kredit yang filter siapa-siapa yang mau dikasi utang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun