Aksi pemain Thailand itu justru meningkatkan emosi sebagian pemain Indonesia hingga adu mulut dan saling dorong tersaji di lapangan. Dalam tensi dan emosi yang sudah tak terkontrol, protes demi protes dilakukan kedua tim jelang laga berakhir.Â
Akibatnya tiga pemain Indonesia diberi kartu merah yakni Rahmat Irianto, Ricky Kambuaya dan Firza Andika. Beberapa pemain lain di kedua tim juga mendapat kartu kuning. Termasuk pelatih Thailand yang mencoba protes dari luar lapangan.Â
Namun pemberian sejumlah kartu merah dan kuning tersebut oleh wasit Yahya Ali yang memmpin laga tersehut rasanya tak terlalu berimbas pada jalan nya pertandingan.Â
Karena tak sampai lima menit kartu dikeluarkan dan pemain yang disanksi sudah keluar lapangan, peluit panjang tanda laga berakhir pun terdengar.Â
Apakah ini merupakan strategi Thailand untuk merusak emosi dan konsentrasi pemain Indonesia di sisa waktu yang tersedia, entahlah.Â
Yang pasti kekalahan di laga semifinal sea games 2021 ini semakin menjauhkan cabang sepakbola putra dari target medali emas yang dibebani PSSI dan Menpora.
Terakhir Indonesia merebut emas sea games 1991 oleh sang kapten Ferril Raymond Hattu dan kawan-kawan, berselang empat tahun dari medali emas pertama Rully Nere dan kawan-kawannya di Sea Games 1987.Â
Kini puasa medali emas kian bertambah 31 tahun setelah timnas sepakbola putra dipaksa kalah 0-1 oleh Thailand di partai semifinal sore tadi.Â
Meski ada peluang merebut medali perunggu, kita harapkan insiden panen kartu merah dan kuning tidak mengurangi semangat timnas putra. Terlebih emosi pemain.Â
Tetap semangat pasukan U-23 Indonesia. Tak ada akar rotan pun jadi. Tak dapat medali emas, semoga bisa bawa pulang medali perunggu.Â
Salam olahraga.Â