Bisa jadi karena mereka tak kebagian beli stok karpet, merasa kotor jika tidur di lantai kapal ato memang merasa hanya buang-buang uang saja. Lebih baik bertahan begini toh hanya sekian jam saja.Â
Bisa jadi karena kerasnya gelombang sehingga kapal cukup bergoyang-goyang. Rasanya anginnya cukup kencang sehingga sangat terasa bila tidur di lorong.Â
Bahkan saya menulis ini pun lewat HP masih dalam posisi duduk namun teehuyung-huyung badannya. Suara ombak menghempas badan kapal menimbulkam bunyi bagian kapal yang berderit.Â
Angin sangat terasa sehingga anak pasangan suami istri yang tadi tidur disamping saya sedikit takut dan menangis. Mereka akhirnya pindah dan mencari tempat lain di kapal yang cukup nyaman bagi anak mereka.
Nampak pasangan muda lain yang terpaksa tidur di lorong tanpa alas apapun, si wanitanya tak tahan dengan goyangan kapal.Â
Dipeluknya tubuh suaminya antara takut atau mencari kehangatan saking angin yang menerpa buritan dan lorong kapal cukup kencang.
Saya pum sudah mulai mengantuk.Meski goyangan kapal masih terasa, tapi mata dan kepenatan ngga bisa di lawan. Sudah waktunya untuk tidur meski cuma di lorong.
Masih butuh tiga hingga lima jam lagi sampai penyeberangan malam ini berakhir di Pelabuhan Lembar Lombok. Semoga lancar dan aman hingga tujuan meski kini kapal serasa ayunan...hehe.Â
Anggap saja coretan ini sebagai reportase mudik 2022. Salam dari atas perairan laut selat Bali-Lombok
4/5/2022, 00.40 Wita