4. Pola pikir si pengambil bahwa KTP dan ATM di dompet lebih berharga buat si pemilik dibanding data di handphone.Â
Ini mungkin salah satu alasan mengapa dompet bisa balik tapi handphone tidak. Apalagi ketika data e-KTP wajib dan terhubung ke pengurusan lain-lainnya. Ada rasa kasihan dan rasa bersalah pada yang menemukan. Tak tega rasanya.Â
Beda bila menemukan handphone orang lain yang lalai menjaga. Si pengambil merasa data berupa foto, video, aplikasi, dan lain-lain di dalamnya tersebut kurang penting dibanding KTP, NPWP, Kartu BPJS dan Kartu ATM. Padahal itu berharga bagi si pemilik.Â
5. Banyak pengguna handphone tak simpan nomor IMEI dan enggan buat laporan kehilangan ke pihak berwajib.
Meski nomor IMEI (International Mobile Equipment Identity) ada di setiap handphone yang diproduksi, namun tak banyak warga mencatat atau menyimpan. Padahal dengan nomor IMEI bisa dibantu oleh pihak berwajib untuk melacak.Â
Selain itu mengurusi laporan semacam handphone hilang bagi sebagian orang terkadang terkendala di waktu. Lain hal bila harga handphone di atas 5 juta atau 10 jutaan ala-ala sultan.Â
Bila data di dalam handphone bernilai mahal sekali namun bila si pengambil melakukan reset pabrik dari moda pengaturan akan menghapus juga semua data di dalamnya. Mungkin ditemukan barangnya tapi data hilang.Â
Mencermati perilaku sosial para pelaku yang bagi mereka lebih seksi handphone dibanding dompet dalam tanda petik, sebenarnya tak lepas dari kondisi yang ada, apakah menyuburkan perilaku itu ataukah membatasi.Â
Bagian kita selaku pemilik dompet atau pemilik handphone sudah seharusnya senantiasa menjaga dengan baik agar tidak lalai. Bila sebelumnya pernah abai, semoga tidak lagi.Â
Penting juga mengarsipkan apa saja dokumen yang penting di handphone atau di dompet sebagai antisipasi bila hilang, antara lain:Â
1. Mengirimkan ke email pribadi, baik berupa foto, capture, atau scan karena kapasitas penyimpanan email tak terbatas dan bisa dicari sewaktu-waktu.Â