Dari fakta dan realita yang ada di masyarakat kita, hilang handphone hampir 95 persen tidak pernah ditemukan lagi sama pemiliknya.Â
Sebulan lalu seorang ponakan yang juga mahasiswa keluar makan malam bersama temannya ke sebuah kafe. Jarak dari kosan ke lokasi makan hanya tiga menit naik motor.Â
Ketika handphone kelupaan di warung lalu berbalik untuk mengecek, nada masuk sudah dimatikan. WhatsApp hanya centang satu.Â
Sejumlah cara digunakan lewat arahan Google yang terhubung email pribadi pun gagal total. Sepuluh menit kemudian handphone yang dulu dibeli dengan harga 2,2 juta itu pun RIP alias Rest In Peace.Â
Mati atau dimatikan dalam keheningan entah di mana berada hingga saat ini. Ada puluhan tempat konter handphone dan tempat servis handphone di sekitar lokasi kejadian. Tapi haruskah keliling satu per satu untuk mengecek apakah handphone nahas itu nyasar ke sana? Dan apakah mereka mau membantu mendeteksi dan menilik apakah si pencuri menjual handphone curian?Â
Wow...susah sekali. Bahkan mengamati riuh postingan di medsos baik di FB, Twitter atau pembaharuan status WA para kontak, sangat jarang yang memposting terkait penemuan handphone.Â
Karena seandainya ada niat mulia dalam hati orang yang tak sengaja menemukan, tentu sudah berkomunikasi dan memulangkan.
Hanya satu aplikasi ampuh yang bisa diinstal bila handphone hilang diambil orang, yaitu aplikasi IKHLAS. Ya ikhlas aja, karena handphone bukanlah dompet dalam perilaku sosial di masyarakat kita.Â
Mengapa dompet kurang menarik dibanding handphone ketika terjatuh atau tertinggal?Â
1. Faktor motif memperoleh keuntungan
Motif berdasarkan KBBI, salah satu maknanya adalah dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu dari dalam dari karena rangsangan dari luar.Â