Just Sharing....
Bagi Cristiano Ronaldo, bisa jadi kompetisi sepakbola Piala Dunia 2022 adalah kesempatan terakhir bagi dirinya membawa Portugal sebagai juara. Karena setiap pertandingan adalah momen krusial seorang atlet dalam skuad timnas. Apalagi laga berbalut nasionalisme mewakili negara.Â
Pencetak gol terbanyak EURO 2020 itu kelahiran 1985. Tahun ini genap berusia 37 tahun. Usia yang sudah melewati puncak produktifitas.Â
Kendati demikian Ronaldo bersyukur. Portugal lolos ke Piala Dunia Qatar. Dan seperti meminjam judul lagu lawas milik Elvis Presley, It's now or never. Sekarang atau tidak sama sekali.
Mungkin bagi Ronaldo, untuk apa dikenal dunia sebagai pesepakbola termahal, terbaik dan terpopuler bila tidak meninggalkan sejarah membawa Portugal juara dunia.Â
Saya lahir di negara ini, saya besar di negara ini, saya kenal bola dari negara ini, mengapa saya tidak memberikan yang terbaik dari diri saya, bakat saya dan hidup saya untuk mencatatkan Portugal sebagai jawara. Mungkin demikian di benaknya juga mimpi dan asanya.Â
Setelah beberapa kali mewakili negaranya pada gelaran piala dunia sebelumnya dan tak berhasil meraih membawa pulang tropi, sudah pasti bikin Ronaldo geregetan.Â
Masa prestasi tertinggi Portugal hanya juara 3 di Piala Dunia 1966. Woi...lama banget. Kapan pecah telornya nih atau setidaknya melampaui prestasi masa silam. Demikian harapan rakyat Portugal terhadap Ronaldo dan rekan-rekannya di timnas.Â
Apalagi usianya sudah tak muda lagi. Belum tentu bila di 2026 Portugal lolos dari kualifikasi, dirinya mungkin sudah jadi besi tua digantikan pasukan muda.Â
Apa yang dirasakan Ronaldo terkait usia yang sudah di penghujung produktifitas, bisa jadi dirasakan juga oleh bintang-bintang dunia lain berbeda negara dalam generasinya Ronaldo. Â
Mereka adalah teman atau lawan di kompetisi liga, tapi tentu berbeda bila berhadapan di lapangan rumput atas nama negara. Tak ada anak bangsa yang terbakar bila kaos bendera negara sudah menempel di dada.Â
Messi, Suarez, Ibrahimovic, Lewandowski, Alves dan beberapa pemain bintang dunia lainnya sudah berumur di atas 30 tahun. Di Piala Dunia tahun 2026 hampir semuanya sudah diragukan antara masih masuk skuad timnas atau kah dibuang demi regenerasi.Â
Dalam profesi atlet yang acuannya adalah stamina, Â kecepatan dan daya tahan fisik, bisa jadi faktor U adalah ancamannya.Â
Unggul di pengalaman, mental dan skill, namun menghadapi skuad lawan yang berusia lebih muda nanti, mampukah berada beradu dan bersaing? Tentu pelatih akan berpikir dua kali.Â
Bila para bintang sepakbola ini yang dalam satu dekade atau sewindu mewarnai usia muda kita para penggemar sepakbola dari usia abg labil hingga dewasa sekarang, kelak bila mereka menua dan terpinggirkan dari arena, apakah kita masih tetap fans fanatik mereka?Â
Wallahualam  Bisa iya bisa juga tidak. Bila kita dalam generasi umur yang sama  dengan para bintang ini,ada dua kemungkinan. Bisa saja kita pun pelan pelan akan menyingkir dari kursi penonton di rumah.Â
Tak ada lagi idola di sana. Tak ada lagi mereka yang posternya ditempel di kamar. Tak ada lagi pemain yang foto dia bersama negaranya atau klub profesionalnya saban hari mengisi status di FB ata Instagram. Mereka menua dan kita pun juga menua bersama mereka.Â
Seperti generasi orang tua atau kakek nenek yang kebetulan penggemar bola terhadap Pele, Maradona, Johan Cruyff, Rummenigge, Marco Van Basten, Ruud Gullit dan pemain bintang lain  era jadul.
Bahkan tak menutup eranya 1990 an hingga 2000 an awal seperti David Beckham, Del Piero, Salvatore Silaci, Peter Crouch dan lainnya.Â
Mereka mundur dan pensiun dari arena rumput kemudian menghilang dari hingar bingar fans meski hati dan jiwanya tetap di sana.Â
Keluarga dan bisnis serta merintis usaha baru adalah babak baru dalam kehidupan mereka. Sebagian tetap bergelut dengan bola namun di balik layar.Â
Pelan namun pasti kita pun yang segenerasi dan sepantaran dengan mereka pun akan mundur. Mungkin tidak secara langsung tapi pelan - pelan bertahap. Mulai dari antusias yang menurun hingga tak ingat lagi siapa nama-nama bintang - bintang muda yang baru.Â
Dan kelak nanti para superstar yang baru yang mungkin segenerasi dengan anak-anak kita atau bahkan cucu kita, kita pun tak lagi memajang poster mereka atau intens mengikuti perjalanan mereka. Hanya sebagai penonton karena hobi.Â
Mungkin benar setiap generasi ada bintangnya dan ada fans nya. Dan sepakbola beserta para legendanya, bisa jadi hanya menyisahkan kenangan akan masa muda, stamina, prestasi, kegemilangan, nasionalisme, bakat, dan beraneka warna-warni kisah dibalik seorang bintang pada era nya.Â
Salam
Brader YeftaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H