Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Potensi "Bahaya" Dibalik Seragam Kerja

23 Maret 2022   21:00 Diperbarui: 24 Maret 2022   13:27 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Just Sharing....

Teringat suatu waktu pernah duduk ngopi dengan seorang teman yang kebetulan Papa nya adalah seorang anggota TNI aktif. 

Ketika obrolan semakin asyik perihal oknum TNI yang bermasalah, dia lalu berujar," Kalo seragam itu dilepas, tak ada beda dengan masyarakat biasa. Kalo soal fisik, warga biasa ada yang lebih kekar.."

Bisa jadi teman dia berkata demikian karena mendengar langsung dari orang tuanya atau mungkin memaknai sendiri. Tapi sebagai anak, tentu dia memahami seperti apa keluarga prajurit. Apalagi lahir, besar dan bertumbuh di keluarga berlatar profesi ini. 

Kita semua mungkin pernah melihat seorang teman atau kenalan yang terasa beda saat berseragam dan manakala dia berganti baju biasa.Ini mungkin untuk semua profesi. Apa yang membuat terlihat beda, bisa jadi itulah yang dipersepsikan oleh teman saya. 

Bicara soal seragam, tentu tak bisa dipisahkan dari nama institusi ato perusahaan dimana seorang bekerja. Meski ada juga tempat bekerja yang membebaskan karyawan dalam hal busana, namun tetap terasa beda bila berseragam. 

Dibalik dari fungsi dan nilai sebuah seragam ketika dikenakan, sebenarnya ada sisi bahayanya juga. Terutama antara keinginan mengaktualisasi diri melewati batasan etika. 

Seringkali ini  tak disadari namun dampaknya bisa merugikan. Ini sebagian yang dirangkum berdasarkan apa yang pernah terjadi dan terlihat sebagai contoh. 

1. Meeting sambil minum-minum dan mabuk di bar tapi tetap pakai seragam. 

Pernah melihat kejadian seperti ini? Ada banyak terlebih di masa sebekum pandemik.Sebagian orang tanpa sadar melakukan mungkin untuk tujuan kekompakkan dan kebersamaan. 

Namun manakala melewati batas, akibat pengaruh alkohol, kontrol diri bisa lepas. Dari seragam  sebuah citra institusi bisa luntur. 

2. Jalan - jalan di mall atau nongkrong di cafe padahal masih jam kerja.

Kadang tak disadari, bahwa persepsi orang lain terhadap seragam seorang pegawai kadang melebihi tanggung jawab pegawai tersebut terhadap pakaian kerja yang dikenakan. 

Ketika melihat seorang pegawai negeri belanja di mall di waktu jam kerja, mereka yang bukan bekerja sebagai abdi negara mungkin melihat dengan rasa penasaran. 

Anda mungkin bisa menebak sejumlah tanda tanya berbalut keheranan. Betapa banyak orang yang tanpa kesadaran tangggung jawab terhadap citra perusahaan yang melekat lewat seragam namun melakukan jauh di  bawah nilai dan misi dari tempat bekerja. 

Melihat seorang dokter muda berusia 30 tahunan yang nerokok tentu Anda bisa saja akan heran. Bagaimanaa mungkin dia menganjurkan hidup sehat pada para pasien nya tapi terus mengepulkan asap rokok dari mulutnya. 

Saya punya seorang teman dokter seperti itu dan saya sendiri pun tak habis pikir. Tapi ya sudahlah namanya juga sahabat...hehe. 

3. Arogansi dan kekuasaan, ketika hati seharusnya lebih tinggi dari kepala.

Seragam bisa menaikkan citra diri seseorang namun belum tentu menunjukkan siapa dia yang sebenarnya dan bagaimana kedalaman karakternya. 

Kekuasaan tidak hanya soal jabatan tapi juga kekuasaan sosial manakala seseorang bisa menguasai orang lain lewat atribut dan pakaian yang dikenakan. 

Bukti nyata adalah banyak yang tersandung kejahatan dan melewati batas etika ketika berita soal mereka terpampang di media. Lalu foto-foto dirinya dengan seragam kantor menjadi bahan untuk dibully atau dibicarakan. 

Tak ada yang salah dengan seragam. Tak ada yang salah dengan institusi atau tempat bekerja. Hanya tanggung jawab terhadap nilai sebuah seragam kerja dan dampaknya yang mungkin kurang disadari. Apalagi ini jaman medsos. Sekali klik tersebarlah dimana-mana. 

Salam, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun