Yang satu menjual diri untuk makan dan bertahan hidup. Satunya lagi bukan untuk makan tapi untuk bertahan di dunia hiburan karena tuntutan profesi.Â
Tapi meminjam lirik - lirik pada lagu Kupu-Kupu Malam, mereka berdua sama saja. Coba dengarkan dan resapi.Â
Ada yang benci dirinya, ada yang butuh dirinya. Ada yang berlutut menyintanya, ada pula yang kejam menyiksa dirinya...
Apakah artis yang melakukan prostitusi tidak dibenci dan "disiksa" dalam tanda petik oleh warganet ? Jangan tanya lagi soal hujatan. Jauh lebih kejam dari pelacur rendahan karena jejak digitalnya abadi.Â
Meski lagu ini terinspirasi oleh curhatan WTS kelas bawah, namun pesannya menyuarakan curhatan dan ketidakadilan. Termasuk soal pria hidung belang yang mencicip tubuh pelacur.Â
Dimana si pria hidung belang ketika WTS pinggir jalan dikejar- kejar satpol PP? Kemana juga si laki- laki hidung belang yang berani membayar CA senilai 30 juta tuk kencan di hotel mewah.Â
Sepertinya mereka menghilang di kegelapan malam sehingga jejaknya pun ibarat bayangan yang tak diketahui publik. Ternyata sekamar berdua tak menjamin satu sel pun berdua.Â
Hanya si kupu kupu malam itu sendiri dan bertaruh seluruh jiwa raga ketika disorot kamera, dipamerkan ke publik, dicibir dan dihujat.
Ini hidup wanita di kupu- kupu malam, bertaruh seluruh jiwa raga...Bibir senyum kata halus memanjang kepada setiap mereka yang datang...
SalamÂ