Hanya saja bagi warga Indonesia lainnya yang belum pernah tinggal di sana atau awam soal Papua, mungkin melihat ini sebagai sebuah keunikkan. Kok bisa fisik muslim tapi dari Papua
Padahal warga di sana mah biasa aja karena memang sudah hari-harinya beriringan bersama.. Toh sama-sama orang Papua juga. Sama seperti suku batak di Sumatra Utara. Ada batak kristen ada juga batak muslim. Toh sama- sama batak juga.
Kembali ke soal Olvah Alhamid yang beritanya sedang viral terkait video rasis pada penumpang pesawat dari Cina di Bandara Soeta, jelas secara pribadi itu tak dibenarkan.Â
Saya menyayangkan perilaku Olvah yang notabene media sudah melabeli sebagai publik figur muda dan baru di kalangan anak muda Indonesia.Â
Dengan sudah beberapa kali tampil live di Kompas TV, bersanding  bersama Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Ibu Susi, berfoto bersama Gubermur DKI Pak Anis Baswedan hingga diwawancara Cokro TV oleh Ade Armando dan ditayangkan di channel Youtubenya.Â
Olvah yang kini berusia 30 tahun dan kerap diundang ke daerah- daerah, adalah representasi milenial muda asal  Indonesia Timur dan datang dari Kabupaten kecil yang jarang diketahui publik.Â
Fak- Fak itu kota kecil dan kalah populer dengan kota lain di Papua seperti Jayapura, Sorong, Timika atau Merauke yang gampang di ingat karena ada lagu nasional Dari Sabang sampai Merauke.Â
Sekali dua kali saya juga sempat pantengin instagram Olvah sebelum berita viralnya. Penuh warna warni di dalamnya.Â
Ada pro dan kontra terkait pemikiran dan pandangannya. Btw itu wajar dalam komunikasi media. Setiap orang menilai dan berkomentar dalam perspektif mereka.Â
Satu hal yang cukup unik dari Olvah selain rambut keriting ikalnya yang menunjukkan asalnya, adalah keberanian dia meng speak up. Olvah seakan menjauh dari ewuh pakewuh dan tata krama layaknya 5 besar Putri Indonesia dari jaman ke jaman.Â
Mana ada Putri Indonesia (PI) seberani dan sevokal Olvah menyuarakan opininya tanpa mempedulikan apakah nanti orang lain tersinggung atau tidak. Heii...tak pernah ada kawan.Â