Just Sharing...
Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur pada 4 Desember 2021 lalu menyisahkan duka bagi saudara- saudari kita yang terkena dampak.Â
Tak hanya korban jiwa, tapi banyak pula rumah warga juga aset kendaraan yang kelelep oleh abu dan banjir lahar.Â
Beberapa foto dan video terkait bencana alam tersebut yang terekam oleh media sosial, sempat menarik perhatian saya. Terutama foto kendaraan yang terselimuti muntahan abu panas.Â
Mengingatkan saya akan kejadian erupsi Gunung Merapi di Jogja sekian tahun silam, dimana sejumlah kendaraan hangus dan hancur di sekitar lereng gunung api tersebut.Â
Pada 2016 dalam sebuah perjalanan dinas di Malioboro Jogja, saya dan rekan-rekan di kantor menyaksikan sendiri kerangka kendaraan akibat keganasan vulkanis yang sengaja dimuseumkan tuk mengingat dahsyatnya erupsi.Â
Hampir dalam semua kejadian bencana alam, prioritas utama keselamatan adalah nyawa manusia. Menjauhi dari pusat bencana adalah mitigasi pertama yang diajarkan. Ini juga respon alamiah bawah sadar.
Aset-aset yang musnah dan rusak seperti rumah, hewan ternak, kendaraan dan lainnya, bisa dicari lagi meski merugi. Bisa saja ada bantuan dari pemerintah daerah, namun semangat memulai kembali adalah sebuah keharusan.Â
Penyebaran gunung api, asuransi bencana, kredit kendaraan, dan proses klaim.Â
Erupsi Semeru yang notabene gunung tertinggi di Pulau Jawa melengkapi catatan sejarah bahwa negeri kita Indonesia adalah negara rawan bencana. Tak hanya vulkanis, tapi juga gempa bumi, tsunami, puting beliung hingga banjir badang.Â
Khusus gunung api, malah seakan-akan menjadi ikon di beberapa provinsi dan kepulauan. Ada yang terus aktif, ada yang mati suri. Meski demikian warga kita seakan menyatu dan hidup di lereng gunung-gunung panas ini demi penghidupan mereka.Â