Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Fakta Anak Versus Orangtua yang Kerap Terjadi

25 September 2021   19:33 Diperbarui: 27 September 2021   20:40 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari Kompas.Com

Cepat atau lambat, kita semua akan menua...Tak ada yang abadi kecuali mungkin kenangan kebersamaan.....

Siang ini terima salah satu postingan di WAG komunitas. Meski agak panjang teksnya, namun pesan yang tersirat sangatlah universal. Saking universalnya hingga di lingkungan terdekat pun kadang dijumpai. 

Gara-gara postingan tersebut, memori saya terbang ke 4 atau 5 tahun lalu. Masih soal anak dan orangtua terkait data identitas untuk sebuah program reward nasabah. Caranya cukup sederhana. Namun tak sesederhana manakala diterapkan. 

Saat itu kami meminta para debitur untuk mengisikan data tanggal lahir keluarga inti. Karena bagi yang terpilih, akan mendapat sejumlah souvenir. Hadiah itu dapat diberikan sebagai kado ultah pada orang  tersayang. 

Bila masih punya orangtua, tolong isikan tanggal ulang tahun Mama atau Papanya. Sebaliknya, andai sudah berkeluarga, tulislah tanggal lahir anak atau pasangan. 

Faktanya hampir sebagian besar nasabah, baik yang masih single dan yang telah berumah tangga, tak tahu kapan tanggal lahir orangtuanya. Alasannya mulai dari lupa, ngga tahu, ngga ingat lagi, nggak pernah dikasih tahu, hingga memang sama sekali ngga pengen tahu. 

Yang menarik adalah mereka mrngingat dengan jelas tanggal bulan dan tahun ultah pasangan atau tanggal lahir anak. Apalagi pasangan muda. Hafal banget ultah istri atau ultah suami...Kalo ultahnya orangtua antara mendadak amnesia atau minta izin tanya ke orangtua dulu...hehe. 

Apakah Anda pernah menjumpai hal sesederhana ini soal tanggal lahir orangtua pada teman, sahabat, relasi di mana Anda berkomunitas? Pernahkah iseng bertanya dalam candaan? Bisa jadi akan menemukan pengalaman yang sama.  

Mengapa anak cenderung lupa tanggal lahir orangtua bisa jadi karena anak hanya terpusat pada kehidupannya. Bagaimana mereka dengan pendidikan atau pekerjaannya, dengan pasangan ato dengan anak-anaknya. 

Bahkan saya pernah temui, salah satu teman cewek yang lebih ingat ultah bosnya di kantor tapi lupa kapan terakhir Papanya berulang tahun. 

Bagi sebagian orangtua yang menganut paham anak adalah titipan Tuhan, malah tak menyisahkan beban bila sang anak lupa ultah mereka. 

Karena mungkin bagi mereka, tanggung jawab membesarkan dan merawat "titipan" itu jauh lebih utama. Ketika sang anak itu sudah waktunya dilepas ke ekspedisi kehidupan, tunai sudah tugas mereka. 

Tanpa disadari, abai terhadap tanggal lahir orangtua, malah secara tak langsung menambah problem orangtua seiring nerambatnya usia sebagai lansia. Diantaranya kesendirian, kesepian, dan keterasingan jauh dari anak dan cucu. 

Anak-anak yang telah dewasa dan tak lagi bersama akan memunculkan sejumlah perasaan ini. Terlebih bila salah satu pasangan sudah berpulang. Makin sedih bila anak dan cucu pun malah lupa sudah usia berapa sekarang Opa Omanya. 

Mau tinggal bersama anak dan menantu, namun bikin " repot" . Maksud bikin repot ini bisa dari pihak si anak dan menantu yang memang tak mau kerepotan ngurus mertua atau ortu bila bersama mereka. 

Mulai dari sakit-sakitan yang bisa mengganggu kenyamanan mereka atau mengambil fokus mereka ke buah hati. 

Dengan alasan tertentu, mungkin saja si anak membiarkan ortu tinggal sendiri bersama perawat yang digaji oleh mereka. Keluar uang ngga papa, asal ngga bikin repot mereka. Bisa jadi itu salah satu pertimbangannya. 

Kadang alasan repot juga  bisa dari orangtua. Mereka tak ingin mengganggu kenyamanan dan kebahagiaan sang anak dengan keluarganya. Dalam sejumlah alasan lain, kadang malah si menantu yang tak rela. 

Udahannya, anak kandung sendiri pun mencari alasan lain untuk demi penolakan pasangan. Karena bila tetap dipaksakan karena rasa hormat dan cinta pada ortu, malah bisa berpotensi tinbul gesekan. Ini juga malah jadi beban kepikiran ortu sehingga memilih lebih baik menjauh. 

Ungkapan rumah ortu adalah rumah anak, dan rumah anak bukanlah rumah orang tua, mungkin benar adanya. Siapapun anak tak lupa rumah masa kecil nya dimana tumbuh bersama ortu. Namun bagi ortu bisa saja merasa rumah anak bukan tempat menghabiskan hati tua.   

Bahkan, demi tak metepotkan anak dan cucu, tak sedikit yang memilih tinggal di wisma atau panti. Paling tidak ada yang mengurus, ada teman yang seusia tuk berbagi tawa dan canda, hingga  dan ada kesibukan yang dilakoni. 

Ini mungkin 2 fakta yang kerap ditemui. So kapan terakhir kali kamu mencium dan bersimpuh di kaki mereka saar usia mereka bertambah setahun? 

Waktu begitu cepat berlalu, cepat ato lambat kita semua akan menua. Tak ada yang abadi kecuali kenangan kebersamaan ortu dan anak, yang kan dikenang sepanjang hayat. 

Salam, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun