Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Kredit Motor Baru, Untung atau Rugi?

24 September 2021   17:49 Diperbarui: 24 September 2021   19:25 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Booth Suzuki Indomobil Sales (SIS) divisi roda dua di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2018 (Kompas.com/Alsadad Rudi)

Just Sharing....

Hari ini saya tertarik pada sebuah postingan di grup Facebook. Seseorang menayangkan analisa versi dirinya sendiri terkait kerugian kredit sepeda motor baru. Wah menarik juga. 

Dengan analogi yang mirip, sampelnya saya pakai harga motor golongan A tahun 2021 di Indonesia, dari sebuah show room besar di salah satu kota besar di Indonesia. 

Oh ya, sepeda motor golongan A adalah kendaraan roda dua yang paling banyak digunakan warga di tanah air. 

Laris di pasaran dan harga bekas juga masih dibanderol tinggi. Dijadikan agunan kredit multi guna, plafon pinjaman juga gede. 

Yuk dihitung sama-sama ya. Sengaja tak dibulatkan, tapi apa adanya dari tabel terbaru yang dikeluarkan sebuah dealer yang sudah berdiri lama, terkenal, dan jadi langganan warga di sana. 

Harga motor Rp 21.580.000, DP uang muka 4 juta, cicilan 12 bulan sebesar Rp 2.029.000, 24 bulan Rp 1.263.000,- dan 36 bulan Rp 1.012.000,- per bulan. 

Bila kredit 1 tahun, total dana yang dikeluarkan warga adalah (Rp 2.029.000 X 12) + 4 juta = Rp 28.348.000. 

Harga unit Rp 21.580.000, sehingga nominal bersih uang keluar yang bisa diasumsikan sebagai bunga kredit sama dengan Rp 28.348.000 - Rp 21.580.000 = Rp 6.768.000. 

Dengan cara yang sama, maka untuk jangka waktu 2 tahun Rp 11.732.000,- dan yang 3 tahun Rp 18.852.000,- 

Sepintas besar juga ya. Uang segitu bisa untuk keperluan lain. Inilah yang kurang lebih dianalisa oleh si Facebooker itu. 

Lalu bagaimana bila unit dijual setelah lunas misalkan ambil 3 tahun?

Karena ini golongan A tahun 2021 dengan harga segitu, dan mau dilego di 2024, harganya nggak akan turun ke 11 atau 12 juta. Apalagi bila dirawat dan diservis rutin, kisarannya antara 13 juta hingga 16 juta.

Ini berdasarkan survei pasaran kendaraan bekas roda 2 dengan asumsi penyusutan 70% di tahun ke 3. 

Tapi pastikan dahulu, bila tujuannya akan dilego setelah pakai 36 bulan, biasanya motivasinya bukan untung rugi. 

Mungkin ada satu dua nasabah, tapi mayoritas jarang yang akan menjual kembali dalam 3 tahun pertama. Kecuali preferensi tipe, gaya hidup, atau alasan lain seperti gabung komunitas biker merk tertentu. 

Analisa untung rugi kredit motor baru

Zaman sekarang ketika Gojek dan Grab kian berkembang meski belum hadir di semua kabupaten di tanah air, masihkah perlu kredit sepeda motor? 

Ketika angkot dan bis kota masih tetap eksis dan murah, namun belum bisa antar jemput hingga ke depan rumah, apakah kredit motor hanya buang-buang uang? 

Seorang teman cewek di Denpasar Bali harus menyisihkan 12 ribu sehari untuk tranportasi ke kantornya dengan Gojek. Itu sudah ia lakoni selama 4 tahun bekerja dengan gaji 2 juta perbulan. 

Motor baru | Gambar diambil dari Kompas Otomotif. 
Motor baru | Gambar diambil dari Kompas Otomotif. 

Bersyukur di masa pandemi, masih bisa bertahan kerja di tengah banyak yang terkena PHK. Ada bis angkutan umum, namun tidak melewati rute lokasi perkantorannya. 

Kalau angkot jangan tanya lagi. Di pulau Dewata, dari sekian tahun lalu sudah hidup segan mati tak mau, lama-lama lenyap. Dengan gaji segitu, ia belum berminat kredit motor. 

Lain pula seorang bibi Inak, pedagang sayur asli Lombok di sebuah pasar tradisional di Sumbawa NTB. 

Setiap hari, ia menyewa ojek tradisional dengan membayar 10 ribu pulang pergi untuk jarak rumah dengan pasar sejauh 10 kilo meter. 

Sudah dilakoni selama 5 tahun. Bagi ia tak masalah tiap hari keluar uang, karena angkot pun sudah tak ada apalagi Gojek. Mungkin lebih mahal untuk jarak segitu. 

Dua contoh di atas, beda profesi beda kota beda provinsi, namun sama kebutuhan; keperluan akan jasa transportasi. 

Bila samplingnya dibanyakin, tentu ada populasi besar warga yang aktivitas dan siklus hidupnya tergantung pada kendaraan. 

Ini karena fungsi transportasi sendiri, yaitu memindahkan manusia dan barang, dari satu tempat ke tempat lain. 

Kebutuhan akan kendaraan roda dua, dengan berjalannya waktu dan zaman, cepat atau lambat akan jadi kebutuhan utama seperti halnya pulsa dan data internet. 

Sebelum berpikir merugi bila kredit motor baru, baiknya hal-hal di bawah ini dipertimbangkan agar tidak menyesal kemudian: 

Pertama, seandainya tidak ajukan kredit, mampukah saya membeli sendiri? Cukupkah kemampuan finansial yang dimiliki, seperti gaji, laba usaha, tabungan, yang bila ditotal mampu untuk beli tunai seharga belasan juta hingga 30-an juta? 

Kedua, bila saya tidak kredit, bisakah saya meminjam pada saudara, teman, keluarga, relasi bahkan badan yayasan amal atau lembaga sosial tertentu, dengan imbalan tanpa bunga, atau bunga rendah jauh dari pembiayaan di bank atau di finance leasing? 

Ketiga, bila ada yang berbaik hati seperti nomor 2 di atas, apakah saya bertanggung jawab dengan kepercayaan itu? 

Sebelum meminjam ke situ, apakah saya dikenal oleh orang lain tak pernah bermasalah uang dengan mereka? 

Bereskan dulu kalau pernah minjam namun nggak pernah balikin, karena bisa jadi akan terulang kembali. 

Keempat, bila nomor 2 di atas itu bisa, apakah ada jaminan sebagai persyaratan? Apakah saya punya jaminan jaminan tersebut? 

Kelima, bila saya merasa rugi kredit motor dan hanya mau dengan Gojek, Grab, angkot, bis kota atau jalan kaki. Kira kira berapa lama atau berapa tahun akan seperti itu terus? 

Apakah 2 tahun, 3 tahun atau 10 tahun? Kuatkah secara fisik? Karena bisa jadi capek. Kuatkah secara finansial? Karena akan terus keluar uang namun tak memiliki kendaraan. 

Keenam, jika sudah punya anak, anak-anak akan sekolah dan kuliah. Apakah mereka akan tetap menggunakan layanan transportasi online atau bersandar pada satu motor orang tua saja? 

Bila seperti itu, kira kira kerugian materi dan imaterial apa yang bakalan terjadi? Apakah siklus dan aktivitas keluarga jadi lebih baik dan efektif atau malah terhalang? 

Enam hal di atas ini hanya sekadar cermin untuk menilai untung dan rugi, keputusan kembali pada masing-masing. Jangan lupakan juga beberapa nilai penting dalam pengelolaan finansial:

1. Nilai uang berbanding waktu

Mengeluarkan 12 ribu sehari biaya Gojek selama sebulan dan selama 3 tahun untuk pulang pergi kantor, total pengeluaran Rp 12000 X 30 hari X 12 bulan X 3 tahun = Rp 12.960.000,- .

Keluar segitu namun kendaraan bukan milik sendiri. Bila tinggal di kota kabupaten yang nggak ada Gojek dan Grab, bagaimana mensiasatinya. 

2. Nilai uang berbanding prioritas

Prioritas biasanya berbanding lurus dengan kebutuhan yang sifatnya urgensi. Mau tidak mau harus, suka tidak suka ya apa boleh buat. 

Ketika uang sudah terkumpul di tabungan demi impian beli tunai, namun kejadian mendadak terjadi, prioritas bisa berubah. 

Mertua sakit, anak opname, rumah kebanjiran dan gempa mesti renovasi, saudara meninggal, HP kecurian musti beli baru, ini sekadar fakta yang bisa terjadi dan menggerus dana untuk beli cash. 

3. Nilai uang berbanding aset (investasi)

Apapun yang dibeli secara kredit atau tunai, bila dipakai beraktivitas akan ada biaya penyusutan. Lain halnya bila Anda beli trus disimpan di gudang,dipajang di rumah dan nggak pernah digunakan. 

Punya kendaraan sendiri juga aset yang bisa diinvestasikan. Mungkin tidak untuk dijual dalam 3 tahun ke depan, tapi bisa diwariskan pada anak, keluarga, saudara atau dipakai minimal selama 10 tahun meski kreditnya cuma 2 atau 3 tahun. 

Dengan merawat dan memakai untuk waktu yang panjang, komponen bunga yang menurut sebagian orang itu rugi, justru tertutupi dengan keuntungan lamanya penggunaan sehingga memghemat pengeluaran yang lain. 

Salam, 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun