Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ketika Kepala Daerah Terjerat KPK, Baliho Politisi Dekat di Mata (Makin) Jauh di Hati

30 Agustus 2021   18:19 Diperbarui: 31 Agustus 2021   09:05 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi papan baliho. Sumber: Vitoriomantalean/Kompas.com

" Bila ingin menguji karakter pemimpin, berikan dia kekuasaan..." 

Sejak jaman kuliah, saya suka baca buku-buku kepemimpinan. Toko Buku Gramedia adalah lokasi paling favorit. 

Meski cuman bisa baca di tempat lantaran cuman modal kiriman pas-pasan, saya sempatkan satu jam dua jam setiap hari demi melahap habis. Salah satunya buku penulis Amerika, John C Maxwell. 

Qoute di atas itu salah satu kutipan dari tulisan beliau. Kepemimpinan tak lepas dari pengaruh seseorang terhadap mereka yang dipimpinnya. 

Manakala jabatan diletakkan atas pundak seorang yang terpilih atas pilihan orang banyak, makin besarlah pengaruhnya. 

Hari ini manakala menyimak berita online, seorang Puput Tantriana Sari, bupati cantik dari Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, menambah daftar panjang kepala daerah di Indonesia yang diciduk KPK. 

Uang, lagi-lagi uang. Diserahi ngurus uang kok malah makan uang. Padahal warga lagi susah uang. 

Saya kok langsung kepikiran sama baliho politisi yang ada di mana-mana. Di pinggir jalan, di tengah kota, di luar kota, di perempatan lampu merah dan semua lokasi strategis yang bisa dilihat warga. 

Kepala daerah ya termasuk politisi juga. Di Indonesia ngga mungkin mencalonkan jadi kepala daerah bila tak dipinang oleh partai politik. Banyak jalan menuju Roma tapi itu tidak berlaku bagi calon kepala daerah. 

Hanya satu jalan yakni lewat partai. Karena belum banyak terbukti calon independen bisa memenangkan. Meski hanya satu jalur, namun tak semua calon beruntung.

Lha yang menentukan kan warga. Lebih banyak milih siapa. Bapak dan Ibu Bupati terpilih, adalah pilihan mayoritas warga di kabupaten itu. Demikian juga Bapak atau Ibu Gubernur. 

Dalam skala yang luas, secara garis besar juga sama dengan kepala negara. Mayoritas memilih siapa. Entah apapun trik dan strategi antar koalisi di belakang layar. 

Lalu bila pilihan warga itu, ternyata dalam masa jabatannya tersangkut OTT KPK, apakah masyarakat juga disalahkan karena memilih orang yang salah? 

Apakah pendukung calon yang dulunya bertarung dan akhirnya kalah dengan calon tersangka korupsi, apakah akan dicemooh dengan ucapan: "Itu kah pemimpin yang dulu kamu sanjung? Kok malah ditetapkan jadi tersangka"

Sumber : Jubi.co.id_Papan baliho kosong, cepat ato lambat bisa jadi dipasang Baliho Politisi
Sumber : Jubi.co.id_Papan baliho kosong, cepat ato lambat bisa jadi dipasang Baliho Politisi

Pilihan masyarakat, agenda rahasia kepala daerah, dan tanggung jawab Partai pada kader

Hidup itu selalu punya dua sisi. Ada yin dan yang, ada hitam dan putih. Kerap orang menganalogikannya demikian. 

Lalu apa hubungannya dengan kepala daerah dan warga yang dipimpinnya? Apa karena faktor balihonya yang dulu bikin simpati? 

Realitasnya, walau baliho dekat di mata namun belum tentu dekat di hati. Justru salah satu tujuannya untuk mendekatkan ke hati siapa pun warga. Terkhusus yang belum mengenal dekat. 

Contoh simpelnya, bila saya ngga kenal dan tau sepak terjangnya si calon di baliho tersebut, manakala ngeliat namanya di baliho, bisa saja saya makin kepo. Kemudian penasaran mengulik apa saja sepak terjangnya. 

Lantas bisa bertanya pada yang sudah mengenalnya atau tim suksesinya. Baliho politisi memancing kekepoan warga. Terkait nama, jabatan dan slogan si calon yang menjual demi mempersuasif pilihan warga. 

Itu adalah bagian dari usaha dan strategi. Ketika kerja keras tim suksesi berhasil memenangkan hati mayoritas warga sehingga si calon naik tahta dan dilantik, apakah agenda itu sudah selesai? Belum Kakak. 

Ibarat mengerjakan skripsi atau disertasi, pelantikan itu baru halaman daftar isi dan kata pengantar. Masih ada bab 1, bab 2 hingga halaman terakhir. Ujian sang kepala daerah terpilih, adalah bagaimana menuntaskan hingga selesai dan "lulus" dalam tanda petik. 

Fakta membuktikan, banyak kepala daerah gagal karena diciduk KPK. Apakah Anda mengenal kepala daerah yang demikian? 

Jangan sebut namanya. Cukup dalam hati aja. Karena itu mengecewakan warga yang terlanjur memilih. 

Buat Ibu Bupati Puput Tantriana Sari, dan mantan para tersangka kepala daerah lain, cukup sudah memberi pelajaran berharga. Wahai Indonesia, dari ujung barat sampai ujung timur, pliss jangan lagi ada kepala daerah diciduk gegara uang. 

Apakah kalian punya agenda tersembunyi kala memimpin? Tolong hentikan itu. 

Buat para partai yang dulunya merekomendasikan kadernya maju, apakah setelah terpilih trus ngga dikawal lagi? Bagaimana proses pengawasan setelah menjabat? Toh bila terciduk, partainya juga kecipratan disalahkan. 

Karena apa saja yang tersembunyi, suatu saat akan disingkapkan. Cepat atau lambat. Makanya ada mantan pejabat sudah usai menjabat, kok bisa didudukkan di kursi pengadilan. Ini pasti gara-gara agenda tersembunyi.

Biarlah kalian murni, tulus dan apa adanya. Sama seperti baliho kalian yang terpampang. 

Politik memang rawan dan banyak intrik, tapi siapapun yang memutuskan masuk di dalamnya, paling tidak sudah bersiap. Dikotori apa tetap bersih. 

Sayangnya, kita warga cuma melihat dari jauh. Ada kalanya kepala daerah itu dekat di mata, tapi belum tentu dekat di hati. Apalagi dengan terciduk karena skandal keuangan, bisa jadi makin jauh di hati. 

Semoga tak lagi terjadi pada para kepala daerah yang masih dan sedang menjabat. Mari jaga dan hargai pilihan warga yang memilih. 

Mereka percaya pada Anda, masa sih Anda tega melukai mereka? 

Salam,  

Referensi: 1 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun