Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Dokter Tigor Silaban, Anak Arsitek Masjid Istiqlal dan Janjinya Mengabdi di Papua

7 Agustus 2021   17:57 Diperbarui: 7 Agustus 2021   23:05 2296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Dok.Istimewa_kumparannews

Dari usia meninggal beliau sekarang yang 68 tahun, bisa diprediksi umur berapa di tahun 1978. Dihitung mundur, 2021 -68 =1953 tahun kelahiran beliau dan di tahun 1978 umur beliau adalah 25 tahun. 

Yeah, asumsi saja Dokter Tigor saat itu berusia 25 tahun dan sedang berada pada salah satu tahapan paling menentukan dalam hidup manusia, yaitu krisis usia 25 tahun alias Quarter Life Crisis. 

Sama seperti yang mungkin kita semua mayoritas pernah dan akan mengalaminya. Dipenuhi kegalauan pertanyaaan. Mau dibawa kemana hidup saya? Apa yang mau saya capai dalam hidup ini? Saya mau kerja dimana dan akan menjadi seperti apa? Apa tujuan hidup saya? 

Dan di Hari Minggu, jam 11 malam itu di tepi Pantai Ancol yang airnya mungkin masih biru dan jernih di tahun 1978, beliau membuat janji pada Tuhan. 

Memilih berhenti sebagai Dokter Pertamina, yang sudah nyaman dan mapan masa depannya, memilih jauh ke ujung timur Indonesia, pada tanah Irian Jaya yang asing, sunyi, tertinggal, terbelakang demi satu pengabdian pada bangsa dan negara. Terlebih pada Sang Pemilik Kehidupan. 

sumber:dok_facebook_detiknews
sumber:dok_facebook_detiknews

Di Bokondini adalah tugas pertama beliau mengabdi. Bokondini yang kini jadi ibukota Kabupaten Tolikara, dulunya di tahun 70 an dan 80 an adalah sebuah kecamatan. Tolikara pun belum jadi kabupaten. 

Kedua daerah ini masuk dalam Kabupaten Wamena yang kala masih Propinsi Irian Jaya, hanya punya satu bandara. Yakni Bandara Wamena. 

Kabupaten Wamena di tahun segitu, belumlah semaju sekarang. Berada di wilayah pegunungan dan lembah,justru kabupaten dan kota -kota di pesisir  Irian Jaya jauh lebih dahulu menerima modernitas. Seperti Jayapura, Biak, Merauke, Manokwari atau Sorong. 

Dengan memilih Bokondini, Dokter Silaban muda berhadapan pada sebuah tantangan besar. Karena warga di daerah paling tertinggal dalam sebuah propinsi, justru disanalah keahlian dan profesi kedokterannya sangatlah dibutuhkan. 

Siapa lagi yang mau ke sana, dan belum tentu banyak yang rela berhadapan dengan kesulitan dan keterbelakangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun