Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pengalaman Menangani Nasabah Pasangan Beda Negara, dari WNA Tak Boleh Kredit hingga Konsekuensi Pasangan WNI

24 Juli 2021   16:22 Diperbarui: 29 Juli 2021   11:51 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_potongan email dengan nasabah

Ini makanya unit kendaraan tersebut dikredit atas nama Mba Bianca, dimana nama di STNK dan nama di BPKB juga sama. Mba Bianca meski sering bolak balik Indonesia -Australia, namun identitas dan domisilinya tetap di Indonesia. 

2. Pengajuan tak bisa maksimal 

Karena pertimbangan lain terkat statusnya itu, meski usaha dan bisnis yang dikelola termasuk segmen usaha produktif, dan riwayat secara BI Checking nasabah juga lancar-lancar saja, seingat saya plafon yang disetujui tak bisa maksimal. Beliaupun tak masalah. 

Nilainya hampir sama dengan kisaran angsuran sebelumnya kurang lebih 125 juta padahal sebenarnya dengan jaminan unit itu ditahun segitu, maksimalnya bisa lebih dari segitu. 

Karena KK tertulis atas nama Mba Bianca, dan unit juga, otomatis tak memerlukan tanda tangan suami. Hanya fotokopi identitas suami berupa paspor yang di fotokopi sebagai lampiran di dalam berkas. 

3. Wanita Indonesia menikah dengan WNA, harus bisa mandiri . 

Ini diceritakan si nasabah kala kami duduk ngobrol di tambak. Mandiri yang dimaksudkan olehnya adalah tak bergantung pada suami dan setidaknya bisa bekerja atau berbisnis. 

Dengan punya penghasilan sendiri, paling tidak, bila sewaktu-waktu berpisah atau bercerai, mereka masih bisa melanjutkan ekonominya (meski suami juga harus memberi sekian persen ). Mungkin karena itu, dia juga mencari celah bisnis dan mengelola sendiri usahanya. 

4. Biaya pendidikan anak-anak lebih mahal, karena sekolah di sekolah internasional. 

Anak indo campuran, yang dibesarkan dalam dua budaya warisan kedua orang tua, cenderung sekolah di sekolah internasional dengan bahasa pengantar internasional, yakni bahasa inggris. Sudah  tentu biaya pendidikan  jauh lebih mahal. 

Itu juga dialami Mba Bianca ketika membesarkan kedua anaknya. Dia harus berbisnis dan berusaha sendiri demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya di sekolah internasional di Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun