Hanya coretan ringan dari warung kopi di tepi sawah....
Sedih membaca salah satu berita hari ini. Bapak Anwar Fuady, artis senior Indonesia yang ditinggal mati sang istri dan anaknya karena Covid hanya dalam selang 3 hari.Â
Tanggal 18 Juli pasangan hidupnya Ibu Farida Cosim dan di tanggal 21 Juli kemarin putra sulungnya Ferry Senopati Fuady.Â
Mirisnya itu karena satu minggu sebelumnya, kejadian memilukan serupa terjadi juga pada salah satu keluarga anggota gereja di Jawa Timur.Â
Lewat grup WA, kami mendapat kabar duka bahwa seorang Bapak bersama istrinya dan juga anaknya, meninggal berturut-turut dalam 3 hari berurutan. Tak bisa dilukiskan bagaimana rasanya kehilangan 3 anggota sekaligus tak lebih dari satu minggu. Sementara itu menantunya masih dalam perawatan juga.Â
Mendengar ada yang meninggal karena Covid itu mungkin berita harian yang kita baca. Tapi mendengar bila yang berpulang itu masih dalam satu ikatan darah atau satu keluarga ditambah rentang waktunya berdekatan, itu sedikit bikin nyesek.Â
Apalagi bila transmisi yang menyebabkan duka itu asalnya dari klaster keluarga.Â
Belum kering tanah kuburan, belum layu banget bunga di makam, sudah akan digali lagi lubang pemakaman baru. Dua jasad bahkan tiga jasad bakal berbaring dalam tidur abadi meninggalkan berjuta kenangan.Â
Menggenapi ungkapan yang mungkin pernah kita baca : "Setiap orang akan meninggalkan kita tapi tidak dengan kenangannya..."
Minggu lalu,masih dari WAG jemaat, kami mendapat info bahwa peribadatan dan kegiatan gereja dihentikan dan ditiadakan hingga nanti diinformasikan kembali.Â
Penyebabnya karena ada anggota gereja seorang Ibu yang dirawat karena Covid. Tak sampai seminggu, Ibu terkasih yang biasanya kerap salaman sama saya sehabis ibadah, berpulang kepada Sang Pencipta.Â
Dalam 3 bulan terakhir, saya hanya mengikuti ibadah minggu secara online. Sehingga tak berkontak secara langsung dengan anggota jemaat lain. Itu sih sedikit bikin bersyukur.Â