Daripada bercadar kenapa ngga sekalian kebayaan aja Pak. Jangan lupa wig nya sama dadanya disumpal. Kasian cadar malah jadi sorotan.Â
2. Kok bisa lolos dari pemeriksaan?Â
Saya pernah beberapa kali landing di Bandara Halim dari Lombok dan dari Bali. Â Terus terang saya suka. Salah satunya ngga ribet kayak di Soeta dan ngga ramai. Tapi saya belum pernah terbang dari Halim.Â
Namun dalam pemahaman saya yang orang daerah, kayaknya atmosfir kedatangan penumpang dan keberangkatan penumpang, ngga beda beda jauh. Maksudnya pemeriksaan dan pengawasan kayaknya ngga seketat di Soeta.Â
Bisa jadi, ini sudah dipelajari oleh si pelaku sehingga lebih memilih naik Citilink dari Halim dibanding naik dari Bandara Soeta. Paling tidak, sudah menganalisa peluang lolos.Â
3. Pelaku penumpang ini  bisa saja "kongkalingkong" dengan orang dalam.Â
Dugaan kemungkinan kesana sehingga bisa sampai duduk manis di dalam kabin. Orang dalam bisa saja di internal Citilink atau di pihak Bandara Halim. Apalagi dari pengalaman, biasanya pada saat pemeriksaan badan di X Ray, penumpang pria akan di raba atau di cek sebentar oleh petugas.Â
Bukankah hal yang sama juga dilakukan pada penumpang wanita oleh petugas wanita? Apa ngga terindikasi waktu cek badan oleh tangan, atau dilewati begitu saja.Â
Analisa lain, apa karena di masa pandemi lalu lintas penumpang tak banyak dan bandara sepi, sehingga prosedur pemeriksaan tak seakurat kala penumpang ramai ya. Dalam arti, ngga ada cek body. Cuma cek mesin X Ray aja kali.Â
Atau bisa saja dibayar sejumlah uang demi lolos...Ini mah praduga aja...hehe.Â
4. Pihak keluarga sudah tau salah tapi kok dibiarkan ya