Sindiran kepada Presiden Jokowi, lebih mengarah kepada kepemimpinan, Â bukan kepada kinerja tim di kabinet. Karena tim kepresidenan di isi oleh para pakar, yang dipilih sesuai kapasitas dan keahlian.Â
Mau tidak mau, suka tidak suka, mereka punya andil dalam menentukan apakah pemimpin nya akan dihormati atau dilecehkan.
Ini lantaran kinerja kepemimpinan adalah akumulasi dari kinerja tim dan orang -orang di dalam tim itu.Â
Ketika seorang menteri di dalam kabinet terlibat korupsi dan skandal, suka tidak suka, mau tidak mau, oknum menteri tersebut akan menjatuhkan citra Presiden di mata masyarakat.Â
Contoh paling nyata adalah masa pemerintahan Pak SBY dengan kasus Hambalang, Wisma atlet dan lainnya.Â
Sejumlah menteri, yang nota bene diharapkan meningkatkan citra Presiden, malah mengoyak-ngoyak dan ditetapkan sebagai koruptor.Â
Tak ada pemimpin tanpa anak buah. Dan baik dan buruknya pemimpin ditentukan siapa anak buahnya. Karena pemimpin merepresentasikan lembaga, dan anak buah merepresentasikan pemimpinnya.Â
Lalu bagaimana dengan apa yang di "teriaki" BEM UI yang dampakanya menyeret Sang Rektor Ari Kuncoro"diadil" gara -gara rangkap Jabatan?
Tentu ada hal yang menarik dari kacamata seorang penikmat kopi kelas warkop pinggir jalan.Â
1. Kritik boleh, tapi jangan sampai senjata makan tuan.Â
Sudah banyak kejadian di negeri ini,bahkan jauh sebelum anak-anak muda yang namanya BEM-BEM ini lahir, bahwa yang melakukan kritik akan mendapatkan "perlawanan" dalam tanda petik.Â
Perlawanan bisa berasal dari mereka yang pro terhadap Presiden dan pemerintahan, atau mereka yang merasa terlalu lancang dan keras kritik tersebut. Hasilnya, adalah akan membagi netizen pada yang pro dan yang kontra.Â
Pendukung sesama pro akan bermunculan, ketika salah satu "teriak". Hasilnya terlihat ketika BEM UI memunculkan The King of LIp Service, sejumalah anak muda, mahasiswa bahkan warga lain, ikut memanasi.Â