Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Baik Mobile Banking maupun Mesin ATM, Bisa Bikin "Bocor" Saldo walau Sama-Sama Praktis

17 Juni 2021   16:30 Diperbarui: 18 Juni 2021   15:01 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri_tampilan Mobile Banking salah satu Bank

Just Sharing....

Meski bekerja di sektor jasa keuangan, saya baru aplikasikan mobile banking di HP pada 8 bulan lalu. Selama ini lebih banyak menggunakan ATM untuk berbagai transaksi. 

Bagi saya, capek sedikit ngga papa. Jalan sebentar ke Mesin Ajungan Tunai itu olahraga juga kan. Lagi pula saya tinggal di kota dimana mesin transaksi ini bisa ditemukan di beraneka lokasi. 

Alasan lainnya, punya pengalaman beberapa kali kecurian HP. Takut ntar hilang semua yang terkoneksi dengan HP saya, yakni data dan dana. 

Beberapa kali tawaran dari Customer Service (CS) untuk mengaktfkan mobile banking, saya cuma katakan: Belum butuh. 

Alhasil selama ini, semua rekening di sejumlah bank, menggunakan ATM. Jadi saya mobile juga kan hehe. Bergerak ke ATM bank A, lalu pindah ke Bank B, kemudian buka tutup bilik ATM bank lainnya.  

Sesama lebih murahkan. Meski agak ribet, tapi hemat di ongkos. Lha jarak ATM bank-bank yang berbeda itu cuman tetanggaan aja. 

Yang satu di lantai 1, yang satu di lantai 2. Ada juga malah mengumpul semua ATM berderet di satu lokasi. Lebih irit geser 5 langkah daripada saldo kepotong 5 ribu. Nah loh...coba ngitung sendiri. 

Delapan bulan lalu, ketika ke sebuah bank BUMN di tengah kota, saya kepikiran nyoba install mobile banking. Kemudian menghampiri CS-nya dan dibantu. Tak sampai 5 menit bereslah sudah.

"Sudah bisa dipake...Om mau transfer, mau bayar BPJS, mau bayar pulsa, semuanya bisa," kata Si CS pria itu, tak lupa menginformasikan juga biaya transaksi antar bank atau beda bank. 

Hari-hari berikutnya, apa karena sudah terpasang di HP, saya kok  jadinya gatel tangan nyoba-nyoba. Bayar ini itu dan transfer ke sejumlah rekening. 

Saya baru nyadar, manakala di awal bulan berikutnya, melihat riwayat transaksi keseluruhan bulan sebelumnya, dari tanggal 01 hingga tanggal terakhirnya. 

Ternyata total biaya admin ya lumayan lah. Makna kata lumayan mungkin relatif pada setiap orang. 

Namun bagi saya, sejumlah dana yang terpotong dan bikin saldo "bocor" dalam tanda petik, bila dihitung-hitung, bisa buat kebutuhan lain pada mereka yang bukan golongan menengah ke atas. 

Ironisnya,  hampir sebagian besar golongan masyarakat inilah yang paling banyak saldonya terpotong lantaran stok dana minimal di tabungan, sehingga pihak bank mengenakan charger atau potongan terkait biaya  pemeliharaan rekening.  

Sangat jarang terjadi pada rekening sultan atau katagori  menengah ke atas. 

Dokpri_tampilan Mobile Banking salah satu Bank
Dokpri_tampilan Mobile Banking salah satu Bank
Pertanyaannya mungkin, emang dana sekian yang terpotong, baik dari biaya transaksi di mobile, atau transaksi di ATM seperti tarik tunai atau cek saldo, bisa buat apa Kakak? 

1. Bisa buat bayar BPJS

BPJS kelas 3 yang disubsidi oleh pemerintah sehingga cuma bayar 35 ribu per bulan warga di tanah air, bisa lho dialihkan dari kebocoran saldo itu. 

Malah total yang terpotong kadang lebih besar . Ini termasuk dapat menambah bayaran BPJS kelas 2 yang 100 ribu atau kelas 1 sebesar 150 ribu per bulan. 

2. Bisa buat bayar parkir

Orang bisa kesal biaya parkir yang seribu rupian hingga 5 ribu rupiah, apalagi parkir jam-jam an ato parkir yang pas parkir orangnya ngga ada pas mau pergi orangnya muncul. 

Itu kadang bisa bikin makan hati, mau marah tapi tahan, hingga keributan kecil. 

Tapi ketika saldo "bocor" jauh lebih besar  bahkan berlipat kali dari  biaya parkir, warga golongan menengah kebawah cuma pasrah. 

Bagi mereka mengeluh tak menyelesaikan masalah, karena di satu sisi, mereka juga butuh layanan jasa lain dari bank, terutama keamanan menyimpan dana. 

Hari gini mungkin saja masih ada yang menyimpan uang di bawah tempat tidur, di kutang atau di brankas. Tapi itu pun masih diliputi kekuatiran takut tercuri atau hilang. 

Baca juga : Keunikan Manusia Zaman Sekarang Tiap Hari Olahraga Tangan dan Mata  

3. Bisa buat beli pulsa dan paket data. 

Di beberapa bulan terakhir, atas ajakan seorang relasi yang punya usaha toko, diajarin bisnis pulsa dan paket data. Mulai dari pulsa 5000 hingga 100 ribu. Demikian juga harga banderol paket internet mulai 20 ribu ke atas. 

Tanpa disadari, total dana yang "bocor" di saldo, bisa dialihkan ke biaya komunikasi untuk menekan pengeluaran. 

4. Bisa buat bayar cicilan -cicilan kecil di bawah nominal 200 ribu per bulan. 

Bila Anda masih bujang ato lajang, dan merasa bahwa gaji Anda tak besar -besar amat apalagi terkena dampak Corona, coba cek dan evaluasi kembali, berapa total saldo Anda yang "bocor" karena penggunaan transaksi mobile banking atau ATM. 

Cek mutasi atau cek print out, dan hitung. Bila Anda merasa jumlah sia-sia dana yang semestinya bisa dialihkan atau seharusnya bisa sebagai penambah cicilan Anda lainnya, silahkan lakukan pembenahan. 

Bila merasa tak apa-apalah, juga itu tergantung Anda. 

Namun rasanya daripada mengeluhkan angsuran ini dan itu, yang mungkin rasanya berat setiap bulan dengan kondisi yang sekarang, ada baiknya mempertimbangkan untuk mengurangi kebocoran di rekening saldo Anda. 

5. Bisa buat servis rutin sepeda motor. 

Di NTB atau di Bali, biaya rutin servis motor meliputi ganti oli dan servis dasar lainnya, tak lebih dari 150 ribu. Bahkan di kabupaten kecil seperti di Kabupaten Sumbawa, NTB, hanya 100 ribu per bulan. 

Sayang sekali, bila dana yang bocor dari saldo karena kebablasan berlebihan penggunaan transaksi mobile banking untuk ini dan itu, sebenarnya bisa digunakan untuk merawat aset lain yang dapat menunjang aktifitas keseharian. 

Bila bisa di hemat dari sini untuk menambah biaya rutin pemeliharaan sepeda motor, mengapa tak dicoba. Faktanya memang hampir semua golongan menengah ke bawah lebih banyak memiliki roda 2 dibanding roda 4.  Nah lho:)

Jadi bagaimana sebaiknya penggunaan mobile banking atau ATM agar tak banyak "bocor" di saldo? 

Well...Mulai dulu dari mengetahui kebijakan apa saja yang sedang dilakukan oleh bank di masa sekarang dan dampaknya terhadap warga sebagai nasabah. Salah satunya pengenaan biaya transaksi di ATM link per Bulan Juni 2021. 

Misal Anda nasabah Bank BNI, dimana BNI tergabung bersama BTN,Mandiri dan BRI dalam Bank Himbara dengan ATM Link

  • Cek saldo di ATM Link terpotong Rp.2500, ATM Non Link Rp.4.000,-, ATM BNI Rp.0,-
  • Tarik tunai di ATM Link terpotong Rp.5.000,-, ATM Non Link Rp.6.500,-. ATM BNI Rp.0,-
  • Transfer di ATM Link terpotong Rp. 4.000,-, ATM Non Link Rp.7.500,-, ATM BNI sesama BNI Rp.0,-

Biaya rutin bila Anda menggunakan ATM dan Mobile Banking di Bank BNI juga 

  • Biaya admin rekening Rp. 11.000,-per bulan
  • Biaya admin kartu ATM Debit Gold Rp.7.500,' per bulan

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dari sejumlah aturan biaya di atas, sudah pasti biaya rutin wajib dipotong setiap bulan menguransi saldo. Ini konsekuensi dari menggunakan ATM dan layanan mobile banking, yang memang nasabah juga butuh banget. 

Di satu sisi, nasabah juga mesti mengerti, bahwa penerapan informasi teknologi dalam industri keuangan, itu mahal lho biayanya. 

Membikin sesuatu yang memudahkan nasabah hanya lewat klik klik jari lewat HP itu, ada ongkosnya. Sehingga meniadakan biaya rutin rasanya tak bisa. 

Nah yang bisa dikontrol oleh nasabah agar tak banyak bocor adalah bijak menggunakan transaksi baik lewat mobile banking di HP maupun di ATM link atau non link, sehubungan ketentuan di atas ini (yang diwarnai ungu). 

Saya menggunakan Mobile Banking di Bank BTN mentransfer sejumlah uang ke rekening di salah satu Bank swasta, tetap terpotong Rp.6.500,- atas berapa pun nominal yang ditransfer. 

Biayanya sama juga bila lewat ATM BTN dengan kartu ATM BTN transfer ke rekening bank swasta tersebut

Baca juga: Mengenal Pentingnya Asuransi untuk Kendaraan Anda

Sejumlah cara ini bisa untuk meminimalisir:

1. Bila masih pakai kartu ATM, cek dulu itu mesin ATM-nya. 

Masih ada nasabah belum bisa membedakan mana yang ada logo link nya atau tidak. Cek dan ricek dulu agar tak salah.

2. Bila pakai Mobile Banking, perhatikan juga transaksinya apa, rekening penerima, dan pilihan di tampilan. 

Bila rekening penerima adalah bank swasta, dan melakukan transfer dari Bank Himbara (BNI,Mandiri, BTN dan BRI), sudah pasti kepotong Rp. 7.500, per sekali transfer. Bila 2 kali sudah terpotong Rp.15.000. 

3. Bila perlu, install juga aplikasi jasa transfer atau pembayaran lain sebagai alternatif. 

Saya menggunakan aplikasi GoPay juga demi meminimalir biaya admin dan juga sebagai Kompasianer, sudah harus ada akun GoPay untuk sejumlah penggunaan. 

Bila transfer dari rekening Bank Himbara ke rekening Gopay, akan terpotong juga. Sama pula bila dari GoPay ke bank manapun,hanya Rp 2.500, per sekali transfer. 

Lebih murah juga sih,cuman kadang ada gangguan juga, misalnya pernah kepending dua tiga harian. Tapi setelah itu tetap terkirim juga dan tak berkurang nominalnya.  

4. Jangan pasang aplikasi Mobile Banking di tampilan HP sebelahan sama situs belanja online. 

Bisa bikin sakit mata, yakni mata pencaharian..hehe. Berdekatan kadang menggoda, apalagi keseringan, bisa tumbuh cinta dan simbiosis mutualisme. 

Dengan tetanggaan di layar HP, bisa bikin dikit -dikit klik, mengintip dan akhirnya transaksi. Tak terasa sudah transfer sana sini hanya gara  -gara 'tetanggaan" mereka.  Belanja datang, saldo bocor. 

4. Selalu siapkan sejumlah uang tunai di dompet. 

Ini penting karena melek teknologi digital pembayaran belum menyeluruh di warga. Saya pernah punya 2 pengalaman menarik, yang cukup bikin repot. 

a. Waktu bayar biaya ekspedisi di salah satu perusahaan ekspedisi, yang terkenal di Indonesia. 

Kurang lagi 60 ribu, di saat hujan lebat dan terjebak di kantornya. Mau pakai mobile banking, petugasnya ngga mau. 

Antara ngga mau apa ngga mau repot, ataukah maunya uang tunai. Padahal jelas -jelas saya minta nomor rekening nya atau rekening bos nya dah, daripada hujan -hujan narik ke ATM. 

Mana lumayan jauh. Tetap ngga mau juga itu pihak ekspedisinya. Terpaksa saya yang mengalah. 

Ini kontras dengan anjuran BUMN dan industri jasa keuangan yang maunya online digital, tapi yang lain masih lebih senang pegang fisik uang. Susah memang. 

b. Waktu ban motor pecah di luar kota, jauh dari ATM. 

Ini pengalaman 2 bulan lalu di siang hari jam 2. Ongkosnya 60 ribu semuanya, di dompet cuman ada 36 ribu. Terpaksa biarkan aja abang nya servis, sampai selesai sudah terpasang baru saya ngomong. 

"Bisa saya transfer ke rekening abang atau istrinya mungkin, pake mobile banking, ato lewat GoPay dah," jawab saya, sedikit ngga enak hati karena kurang uang

" Ngga ah Mas...ngga biasa yang gitu-gitu...uang tunai aja Mas," jawabnya keberatan

Mau dipaksa juga ngga mau, padahal dengan usaha segitu lumayan ramai, hampir pasti pemiliknya punya rekening di salah satu bank. Terpaksa saya minta maaf, nanti dibayarkan setelah saya pulang dan lewat jalur ini juga. 

Malam baliknya jam 7 saya bayarkan kekurangannya setelah narik di ATM yang lumayan jauh, dan mengucapkan terima kasih.

Ini mungkin salah satu contoh masyarakat sendiri belum terbiasa dengan pembayaran non tunai. Atau mungkin Anda punya pengalaman serupa tapi tak sama, silahkan bisa share di sini. 

Semoga tak "bocor "lagi yang tak perlu bocor.

Salam

Referensi : 

1. Kontan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun