Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dilema Pemilik Kos di Tengah Pandemi

20 April 2021   16:37 Diperbarui: 21 April 2021   05:01 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menunggak biaya kos (Dokumentasi pribadi)

5. Bila boleh mengizinkan anak kos memulai usaha di tempat kos
Kadang ada pemilik kos yang membatasi dan tidak mengizinkan anak kos memulai usaha tertentu dengan sejumlah alasan. Misalnya usaha laundry karena sudah pasti banyak pemakaian air dan listrik dan beberapa usaha lain. 

Di samping itu pemberian awal sewa bilik bukan buat usaha, kecuali mungkin kontrakkan rumah atau ruko. Tapi dengan kondisi yang menjepit, tidak ada salahnya melempar ide tersebut demi memaksimalkan usaha penyewa terhadap tanggung jawabnya. 

Namun kerap ditemui ada pemilik kos tak masalah bila penyewa menggunakan bilik sewaan untuk menjalankan usaha lain sekalian tinggal di situ, asal tak mengganggu penghuni lain dan memberatkan. 

6. Opsi terakhir, bila terasa berat banget, minta untuk keluar tanpa perasaan bersalah
Ada pepatah, bisnis ya bisnis. Empati dalam bisnis penting, tapi jangan porsi empati lebih banyak dibanding untung ruginya. Mengapa? Karena ada biaya operasional yang mesti dikeluarkan terus menerus, apalagi setelah batas masa toleransi. 

Pemilik kos bukan dinas sosial yang punya tanggung jawab sosial terhadap warganya, juga tak bisa memberi bantuan sosial A,B, C dan D secara berkepanjangan karena masih ada pos pengeluaran lain yang penting juga dan nantinya akan berdampak juga. 

Jadi bila memang sudah terasa berat pake banget, dan setelah lewat masa dispensasi tanpa ada realisasi tanggung jawab, tidak ada salahnya minta baik-baik untuk meninggalkan. 

Enggak enak memang apalagi bila pemiliknya tipikal enggak tegaan, suka kasihan sama orang tapi ya ini lah bisnis, dan selalu ada konsekuensi. 

Salam

Baca juga:Dilema Rumah Berpagar Tinggi dan Tertutup di Komplek Perumahan Warga Biasa 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun