Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sibling Rivalry, Dari Baku Ribut ke Baku Sayang

10 April 2021   00:05 Diperbarui: 10 April 2021   12:24 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:findglocal.com

Mungkin kedengarannya terlalu sadis, ato  gimana gitu, tapi memang ada yang demikian. Apalagi bila sifat MC Oma Opanya biasanya ada dengan tambahan angpao atau sejumlah uang.

Untuk cucunya sihh...namun keuntungan bagi orang tuanya juga,karenaa bisa dimasukkan sebagai tabungan misalnya atau membeli sesuatu buat anaknya, tanpa perlu mengeluarkan tambahan dana lain. (banyak lho yang kaya begitu...). 

"Punya  4 orang cucu dari 3 anak . Yang bungsu lebih dahulu menikah setamat SMA, sehingga anaknya sudah SMP. Anak kakaknya baru masuk SD karena ngantennya belakangan setelah jadi sarjana. Jadi hadiah uang setiap hari raya, lebih banyak ke anak-anaknya si bungsu, lagian lebih gimana gituu dibanding anak-anak kakaknya,"  tutur salah seorang nasabah yang sudah usia Opa Oma. 

Orang tua lebih sayang dalam tanda kutip ke si bungsu dan menurun ke anak-anaknya, dengan pertimbangan -pertimbangan tertentu yang hanya mereka sendiri yang rasakan. 

Namun beliau secara jujur juga  mengungkapkan, bahwa kadang beda perlakuan tersebut memantik keributan kecil diantara anak-anaknya kakak beradik , meski tak meluas dan membesar. 

Apakah ini termasuk dampak turunan dari Sibling Rivalry di usia dewasa, bisa iya bisa tidak juga, 

Namun faktor pemicu seperti beda perlakuan terhadap anak dan juga cucu, di samping proses pendampingan dalam tumbuh kembang dari anak-anak hingga usia dewasa, hendakanya jadi bahan analisa dan penyadaran. 

Sibling Rivalry  adalah normal, namun porsi dan takarannya bisa tak sama pada masing -masing anak karena peran dan didikan orang tua juga. 

Jadi...lebih baik baku sayang sudah daripada baku ribut...

Salam,

Baca juga : https://www.kompasiana.com/adolfdeda/6006b456d541df6de43b9e72/dilema-rumah-berpagar-tinggi-dan-tertutup-di-komplek-perumahan-warga-biasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun