Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Arisan Macet, Tetap Teman Sih...Tapi Musuh

23 Januari 2021   23:19 Diperbarui: 24 Januari 2021   01:00 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:headtopics.com

Jangan ada dusta diantara mereka....

Jujur saya belum pernah ikut arisan -arisanan...Dulu di kantor ada, diajakin teman-teman, cuman karena ngga minat,ya ngga jadi ikutan. Di luar kantor,ada beberapa lagi grup pertemanan yang mengajak bergabung. Respon nya sama, ngga minat. 

Meski demikian, jaringan pertemanan dan persahabatan tetap terjaga. Saya kadang menjadi saksi betapa bahagia salah satu diantara mereka manakala namanya keluar dari hasil kocokan kotak arisan. Tapi saya juga jadi tempat curhat ketika salah seorang rekan dalam tim sekian bulan tak mengangsur padahal dananya sudah diterima. 

Apakah model arisan para sahabat saya itu besar nominalnya? Kayaknya ngga, maksimal cuma 100 ribu per orang dan dibatasi hanya untuk 12 orang. Dengan sekali kocok keluar 2 nama, berarti lama berputar arisan hanya 6 bulan. Meski kecil nominalnya dan peserta cuma belasan, namun ada aja yang susah ditagih dan susah menyetor. 

Jadi kalo hari ini ada berita viral salah seorang peserta dan keluarganya dipermalukan dengan kiriman karangan bunga di hari pernikahan beserta sindiran agar melunasi utang arisan, bukanlah sebuah hal yang aneh. 

Maksudnya adalah pada level arisan receh model sahabat-sahabat saya aja masih ada yang 'kepala batu' kalo diminta bayar,apalagi yang level raksasa 1 Milyar. Pasti iuran per orang mainnya sudah juta -jutaan. 

Pada kisah yang hampir mirip masih berkaitan dengan uang dan persahabatan, ada salah seorang nasabah yang mengajak 4 orang temannya untuk urunan mengangsur cicilan. Ceritanya nasabah saya ini mengajukan pinjaman dengan sebuah jaminan ke sebuah Bank BUMN di Sumbawa,NTB. 

Uang tersebut kisaran puluhan juta akan dikelola oleh mereka untuk membentuk arisan dan mengajak sejumlah orang bergabung. Bulan pertama bulan kedua tak ada muncul masalah. 

Namun setelah setengah tahun berjalan, kesulitan dialami oleh nasabah saya manakala ada satu dua anggota lalai bayar cicilan angsuran. Karena uda temenan, nasabah saya ini yang negebayar iuran beberapa orang lantaran dia juga pengelola alias bandarnya. 

Ternyata berlanjut dengan pola macet yang sama sehingga dia tak mampu lagi membayar cicilan nya ke Bank dimana sudah menaruh agunan di sana. Beruntung dengan bantuan pihak keluarganya, akhirnya sisa pokok hutang bisa terbayar semua. Bagaimana dengan kelanjutan sistem arisan? 

Dengan berat hati dia harus memutuskan tak lagi bergabung. Satu demi satu keluar dan kisah arisan hanyalah sisi kelam dari pertemanan yang tak ingin diulang lagi. 

Arisan memang tak ada "bunga", tapi 'akar' nya bisa kemana -mana

Pengelola dan peserta arisan, pada umumnya lebih banyak kaum hawa dibanding kaum adam. Beda dengan teman-teman saya yang mengajak arisan, itu campuran pria dan wanita. Pengelola atau koordinatornya tetap seorang teman wanita. Cuman karena itu hanya di lingkup kantor sehingga mudah dikontrol meski ada yang dalam tanda kutip bandel. 

Wanita barangkali lebih teliti dan telaten pada hal -hal yang berhubungan dengan uang, di samping lebih mudah mengajak orang lain bergabung. Beda dengan pria yang sepertinya tak terlalu tertarik. 

Wanita juga bila berkumpul bersama, cenderung lebih rame dibanding kumpul -kumpul para lelaki yang topiknya seputar itu -itu saja. Kalau tidak olahraga,  ya politik. Yang umurnya masih muda pada ngebanyol soal cewek dan kadang nyerempet ke candaan dan humor.  

Tidak adanya bunga pinjaman dalam arisan, menjadi alasan tersendiri yang menarik seseorang bergabung. Mau dapat giliran pertama, kedua hingga pamungkas di ujung periode,sama aja iurannya. 

Nominal segitu sampai kelar. Jadi asumsinya mereka seperti minjam uang di Bank tapi nyicil pokoknya saja, tidak pakai bunga dan tambahan biaya admin. 

Realitanya memang demikian. Hanya saja faktor manusia dan perilakunya serta antisipasi resiko kadang tak dipikirkan di awal. Ketika apa saja dibangun di atas landasan pertemanan atau persahabatan, ikatannya adalah komitmen dan integritas. Ini karena hampir tak ada jaminan (barang/benda) berharga milik para peserta yang dititip atau disimpan oleh pengelola. 

sumber :dokumentasi iren/detiknews
sumber :dokumentasi iren/detiknews
Jadi bila mana salah seorang mangkir atau lalai, seperti kisah viral tagihan 1 Milyar dalam bentuk ucapan selamat menikah itu, dengan apa pengelola bisa mengembalikan uang peserta lain bila tak ada jaminan yang bisa dijual sebagai pengganti cicilan orang yang bermasalah?  Makin besar cicilan, sudah barang tentu resikonya juga makin besar. 

Jadi bila sebagian pihak lain merasa dibohongi atau dicurangi, lalu berniat mempermalukan dengan pola dan modus tertentu, harusnya bisa diantisipasi lebih awal. Apalagi pola mempermalukan seseorang berkaitan dengan tanggung jawab keuangan sudah makin mewabah. 

Contoh nyata adalah pinjaman online yang 'mencabik-cabik'  harga diri peminjam uang mereka ke media sosial bila nasabah mereka menghilang atau lari dari tanggung jawab. 

Bahkan orang lain yang tak ada sangkut paut pun diganggu kenyamanan hidupnya bila peminjam mencantumkan nama dan kontaknya pada saat proses kredit secara online. 

Dipermaukan, dijatuhkan harga diri dan dilaporkan ke pihak berwajib adalah akar -akar persoalan yang bermula dari sebuah komitmen dalam arisan yang dilanggar. 

Mana kala tak ada jaminan yang mengikat diantara mereka, potensi untuk lepas dan menghilang sangatlah bisa terjadi. Ini belum ditambah rasa sungkan dan malu untuk menagih karena  sudah temenan. 

Dasar manusia tak pernah kekurangan akal. Salah satu caranya ya dengan mempermalukan, entah dengan pola dan modus yang beraneka macam. Sebenarnya sih itu bentuk menagih versi kasar karena bisa jadi cara menagih versi lembut sudah dilakukan namun tak pernah direspon, dipending atau diabaikan. 

Kalau sudah begini, rasanya mending bunga sedikit tapi terikat daripada tak ada bunga tapi akarnya bisa kemana-mana. Atau lebih baik, ngga usah berhutang aja agar tak ada tanggung jawab bayar -membayar. 

Hidup sederhana tapi bahagia...meski level bahagia hanya dia dan Tuhan yang tau...hehe. 

Baca juga : https://www.kompasiana.com/adolfdeda/5ff31c84d541df3a817611c4/car

Salam, 

Referensi : 

1.https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5345946/karangan-bunga-tagih-utang-rp-1-m-ke-nikahan-viral-pengirim-dipolisikan

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun