1. Bikin pagar tertutup itu menandakan penghuninya ndak mau akrab dengan tetangga.Â
Apa iya begitu, kayaknya perlu dibuat polling terbuka dehh. Entah benar ato tidak, kayaknya pemilik rumah punya pertimbangan sendiri.Â
Ada alasan mengapa ukurannya segitu sampai teras dan halaman depan rumah tak terlihat dari depan. Bahkan parkir nya pun di dalam.Â
Tampilan pagar seperti itu memang menyiratkan pesan tak ingin dekat dengan samping kiri dan kanan. Jadi tak bisa disalahkan juga andai penghuni lain jadi berpikir : tetangga masa gitu.Â
2. Biar bebas mau ngapa-ngapain, ndak ada yang tau.Â
Ini tak hanya pada hal yang baik, tapi melenceng jauh pada analisa negatif. Mulai dari bisa membawa orang lain tuk melakukan tindakan kriminal,tindakan senonoh, atau merancang modus dan rencana kejahatan, tanpa di ketahui atau terpantau warga perumahan lain.Â
Meski itu rasanya kecurigaan yang berlebihan atau suudzon lah istilahnya, namun tak menampik ada tetangga lain bisa kepikiran demikian.Â
Faktanya juga memang ada ditemui,misal maaf kata, kegiatan ngisap sabu barengan atau judi berjemaah karena tampilan tempat tinggal juga mendukung.Â
3. Kasian anak-anaknya, ngga bisa main dengan anak komplek.Â
Jauh sebelum masa pandemi datang, dengan desain eksterior rumah seperti itu, ada sebagian orang tua mengharapkan anak-anaknya bisa lebih banyak diam di rumah dengan fasilitas yang disediakan. Aman,nyaman dan tersembunyi.Â
Namun di lain sisi, sejumlah teman-teman anak tetangga lain, yang mungkin sebaya dan sepantaran, jadi ndak enak main ke rumah mereka karena ada pagar bak teralis penjara.Â