Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perzinahan Artis dengan Rekan Kerja, Gambaran Fenomena Dunia Karier Sejak Dulu

2 Januari 2021   13:56 Diperbarui: 3 Januari 2021   01:37 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit berbeda dengan salah satu skandal artis pria. Bila flashback ke belakang, di tahun 2010 ke belakang, perkembangan media sosial tak seterbuka seperti sekarang. Para netizen atau fans, sulit mengamati sedang apa dan dimana, antara artis A dan artis B. 

Twitter dan Youtube belum sepopuler sekarang, apalagi Instagram.Jadi kedekatan AP dengan sejumlah artis tak banyak yang bisa dikepoin (sebelum kasusnya terkuak). 

Tulisan ini tidaklah menguak sisi kelam hubungan terlarang di dunia hiburan, tapi sisi kelabunya dunia kerja dengan semua godaan dan kenikmatan sesaat. Boleh dianalisa,  produk hubungan itu adalah realitas wajah di dunia sekuler pekerjaan sejak dulu. 

Beberapa pembaca mungkin lebih tua usianya dari saya. Mereka sudah bekerja di lingkungan karir dan kewirausahaan sejak tahun 80 an, 90 an hingga 2000 an awal. 

Bukan tidak mungkin,beberapa diantara mereka sudah mengamati dan melihat langsung skandal hubungan terlarang antara atasan dan bawahan, bos dan sekretaris, kepala cabang dengan staf nya, atau sama -sama kolega dengan jabatan yang sama.  

Merunut pada generasi saya hingga generasi sekarang, yang sudah mencicipi dunia kerja, aroma perselingkuhan dan hubungan suka sama suka alias have fun together, sudah bukan rahasia lagi. Apalagi dengan sebegitu tersedianya pengaman dan alalt kontrasepsi dimana pasangan tak sah bisa ngelakuin hubungan terlarang tanpa takut hamil. 

Apakah hubungan asmara di balik meja kerja berakhir di ranjang? Bisa iya bisa tidak. Tapi andai pun iya, mungkin tak banyak yang akan mengumbar di publik karena pelaku bukanlah artis. Bisa jadi cuma bisik-bisik tetangga atau antar sesama rekan. 

Demi mengantisipasi potensi demikian, beberapa perusahaan mewajibkan para karyawan (pegawai) melaporkan ke Tim Whistle Blower dengan bukti akurat, bila terjadi di internal perusahaan. Sudah pasti identitas pelapor dirahasiakan. Di kantor kami sendiri, sudah dari 3 tahun lalu diberlakukan. 

Realitasnya adalah entah kita sebagai publik figur atau bukan, kini kebebasan media dan warga mengupload sesuatu di ke ranah publik,kian bergeser dari ketat makin longgar. Dulu begitu rahasia, kini diumbar semua. Termasuk milik orang lain. 

Menjadi artis juga ibarat surga di tangan kananmu, neraka di tangan kirimu. Dipuja karena karyanya bikin melambung dan mendatangkan banyak modal sosial. Namun apabila jatuh oleh kekhilafan diri, segala pujian bisa jadi cemohan. 

Dengan dunia kerja kita masing -masing saat ini, kita mungkin bukan artis. Tapi masalahnya bukan pada apa profesinya, melainkan sejauh apa memegang etika profesi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun