Bisik -bisik di warung kopi itu mengerucut pada 2 hal penting: Pertama, si calon memanfaatkan kedudukan si anu yang sedang menjabat untuk memengaruhi pilihan warga terhadapnya. Kedua, bisa saja, kepala daerah si anu menghendaki adanya pewarisan atau trah kepemimpinan agar langgeng dari hubungan sedarah atau ikatan kekeluargaan inti.Â
Hmm...kayaknya kembalikan ke warga aja yang memutuskan saat mencoblos
2. Jangan pilih calon A karena nanti daerah dan wilayahnya saja yang dibangun, daerah lain diabaikan.
Dipikir-pikir pola pikir seperti ini bisa saja ada di benak sebagian warga atas dasar preferensi kesukuan dan daerah asal si calon. Mau disalahkan juga tak bisa, karena kedekatan calon dengan wilayah asal secara garis besar keluarganya di sana, atau memang si calon sebelumnya tumbuh dan berkontribusi di sana, itu juga hal yang dapat dimaklumi.Â
PR bagi si calon adalah seharusnya sebelum maju, mungkin sudah mengayomi seluruh daerah, entah secara langsung atau pun tak langsung, sehingga warga di luar daerah asal beliau, bisa melihat kontribusi yang nyata dari latar belakang calon.Â
Tak lupa juga selalu mengingat, bahwa warga negara kita, kayaknya hampir sama dan merata di seluruh daerah, cenderung mengarahkan pilihan pada orang yang di suka atau yang dirasa peduli terhadap kebutuhan mereka. Tentu tanpa meniadakan faktor dari strategi tim pemenang calon Â
3. Gosip atau fakta negatif masa lalu si calon yang diumbar jelang hari pencoblosan.Â
Hmm...kalo soal ini, nasihat bijaknya adalah memang manusia itu nggak hidup di masa lalu, tapi masa lalu seseorang dan apa yang dilakukan di masa silam, akan selalu jadi acuan dalam pertimbangan orang lain. Termasuk pertimbangan mengarahkan suara pada si calon atau tidak sama sekali.Â
Sudah banyak contohnya, mulai dari pemilihan di tingkat pusat, tingkat provinsi, hingga tingkat kabupaten dan kota.Â
Banyak yang masa lalunya belepotan dengan skandal dan perilaku tak terpuji, korupsi, dan kesalahan lainnya, sehingga dijadikan senjata oleh tim pemenang lain untuk menjegalnya.Â
Pesan baiknya buat anak muda, politisi muda, dan generasi milenial yang saat ini sedang menabung masa depan. Hati-hati dengan hidupmu.