Iya kalo benar. Andai itu fitnah,bisa jadi bukan berbuah simpati tapi antipati terhadap tim pemenang dan juga sang calon yang diusung.Â
Biarlah warga menentukan sendiri pilihannya pada calon yang dikenal sepak terjang dan kontribusinya terhadap daerahnya. Hormati dan jangan dipaksa, apalagi, diiming-imingi serangan fajar.Â
Hati -hati aja bagi tim pemenang yang hendak melakukan serangan duit. Hari gini warga sudah bisa melaporkan dan menulis langsung di media. Entah di blog umum, di surat pembaca,menyelipkan langsung di kolom komentar harian online nasional atau daerah.Â
Bahkan tak menutup potensi, mereka dapat merekam gambar dan suara dengan fakta dan lokasi kejadian, lalu menayangkannya sebagai jurnalisme warga di TV swasta nasional. Nah lho!
Mengamati dan mendengar, ini 4 hal yang jadi isu soal pilkada di lapak kopi
Naluri blogger bin jurnalis, ikutan pasang kuping. Kebetulan pula topiknya ini reportase Pilkada...hehe. Btw beberapa isu ini, sebenarnya bukan hal baru juga terkait penyelenggaraan Pilkada di berbagai daerah.Â
Namun aroma gosip dan selentingan makin kuat berhembus jelang hari pencoblosan. Apa saja? Eitss...sabar aku nyontek dulu catatan diam-diam saya di warung kopi itu, kala duduk dekat para pengunjung lapak. Â
1. Salah satu calon pilkada punya hubungan darah dan silsilah kekeluargaan dengan mantan kepala daerah atau pemegang tampuk pemerintahan sekarang.Â
Hmm...kalo perihal ini sepertinya sudah banyak model calon beginian. Anak Presiden Jokowi maju juga meski sang ayah masih berstatus presiden aktif. AHY lebih dahulu maju pilkada DKI beberapa tahun lalu, ketika sang ayah sudah mangkat dari jabatan kepala negara RI.Â
Lha kalo calon Pilkada di daerah anak si anu, saudara kandung si anu, pasangan si anu, cucu si anu, juga latah melakukan hal yang sama, apa ada yang salah di SOP-nya Pilkada?Â