Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia...(versi ejaan yang disempurnakan)
Apa yang ada di pikiran orang ketika mendengar kata perkosa? Berdasarkan KBBI,arti kata perkosa adalah menundukkan dengan kekerasan; memaksa dengan kekerasan; menggagahi; merogol . Makna lainnya melanggar (menyerang dan sebagainya) dengan kekerasan.Â
Bayangannya mungkin seperti seorang wanita yang diruda paksa oleh seseorang demi kejahatan kelamin. Ditarik dan dibekap meski meronta dan berteriak. Dilucuti pakaiannya dan ditindih meski sang korban bergumul membebaskan dirinya.Â
Demi hasrat, eksekusi di lakukan. Bahagia di atas penderitaan. Meski sadar ada remuk redam. Nurani menghentak kesadaran, tapi keinginan jauh lebih kuat mengontrol. Dan seperti ilustrasi seorang gadis yang diperkosa, Bahasa Indonesia pun menjadi tak berdaya di bawah kontrol sang blogger. Diperkosa dan dilucuti. Lengkap sudah.Â
Ketika saya mulai mendaftar di Kompasiana, saya sempat ngintip -ngintip tetangga sebelah. Ada M*****, K****, dan beberapa komunitas blog lain. Selain itu saya juga bertamu ke sejumlah blog pribadi.
Membaca dan melihat dalaman nya seperti apa. Terlihat sedikit berbeda antara satu dengan yang lain. Tapi ada kemiripan. Sama -sama punya potensi jadi 'pemerkosa' bahasa.Â
Kok bisa dilabeli seperti itu. Apa mayoritas penulis di blog dulunya tak kuliah di Fakultas Bahasa. Atau mereka bukan lulusan FKIP Bahasa Indonesia. Bisa jadi tak sedikit yang berlatar pendidikan lain, namun tak punya pemahaman sempurna terhadap seni berbahasa Indonesia yang baik dan benar.Â
Eitss, jadi blogger tak harus sarjana, kakak. Tamat sekolah menengah juga tak ada larangan. Modal baca tulis sudah cukup untuk menuangkan gagasan. Batasannya tergantung apa sih yang mau ditulis dan kepada siapa pembacanya. Marilah berpikir di luar kotak dengan tidak membatasi kapasitas blogger berdasarkan level pendidikan yang diampuh.Â
Dan pertanyaan menarik adalah mengapa para penggiat blogger cenderung memperkosa bahasa dalam tanda kutip? Mungkin ini antara lain alasan logisnya.Â
1. Pengelola blog cenderung memerdekakan blogger nya dengan kreatifitas berbahasa dalam tulisan
Coba perhatikan diksi dan keunikan masing-masing penulis dari beberapa blog. Hampir tak ada yang sama persis. Apalagi mengusung pakem -pakem yang baku dalam tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar.Â